kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,14   -2,37   -0.26%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menimbang-nimbang Bunga dari Layanan Paylater Bank dan Fintech


Minggu, 12 Juni 2022 / 18:34 WIB
Menimbang-nimbang Bunga dari Layanan Paylater Bank dan Fintech
ILUSTRASI. Ilustrasi Financial Technology (Fintech).


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penggunaan paylater di Indonesia memang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Dengan metode ini, masyarakat bisa membeli barang dan jasa sekarang dan dibayar kemudian. Bisa dalam 30 hari, tiga bulan, enam bulan, sembilan bulan, sampai 12 bulan. Ditambah bunga tentu saja.

Berdasarkan kajian Research and Market, minimnya penetrasi kredit perbankan di Indonesia mendorong pertumbuhan BNPL. Di sisi lain, penetrasi ponsel pintar begitu kuat. Kemudahan akses BNPL melalui ponsel pintar membuat bisnis ini memiliki masa depan cerah.

"Sekitar 40% pengguna di dunia memilih BNPL karena tidak memiliki kartu kredit. Indonesia memiliki masalah yang sama, karena lebih dari separuh populasi belum tersentuh layanan perbankan," tulis riset tersebut, seperti dikutip kontan.co.id.

Baca Juga: Terus Membaik, NPL Kartu Kredit BNI Menciut di Bawah 2% per April 2022

Kendati menawarkan kemudahan bertransaksi, namun bunganya yang tinggi sejatinya masih menjadi momok bagi penggunanya. Di sisi lain, data inflasi terbaru membuat pasar makin yakin bahwa bank sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunga secara agresif. Ketika suku bunga tinggi, maka biaya yang harus ditanggung konsumen BNPL tentu akan ikut naik.

Perencana Keuangan Risza Bambang menuturkan, perubahan kondisi ekonomi akan berdampak pada sistim keuangan, tidak terkecuali dengan utang yang dipasarkan atau dipergunakan memakai alat pembayaran seperti kartu kredit atau paylater.

"Sehingga kenaikan suku bunga pasti berpengaruh langsung dengan bunga utang yang dibebankan pada kartu kredit atau paylater mengingat konsep bisnis perbankan adalah jualan kredit sebagai aset untuk bayar liabilitas produk tabungan/deposito/giro," ujar Risza kepada kontan.co.id, Minggu (12/6).

Risza menerangkan, bahwa setiap produk baik kartu kredit maupun paylater memiliki kelebihan/keunggulan dan beban yang harus ditanggung sebagai kompensasi atas fleksibilitas dan kemudahan nya. 

Untuk kartu kredit kelebihan dan kekurangannya ada pada beban biaya tapi menurut Risza, bisa dibayar sebagian dengan kontraprestasi berupa beban bunga, selain itu didukung oleh jaringan internasional yang berintegrasi antar bank sehingga bisa dipakai seluruh dunia tanpa adanya kesulitan teknologi maupun administrasi.

"Selain itu juga memberikan peluang mendapatkan limit kredit yang tinggi, bahkan bisa memberikan approval early untuk pembelian aset seperti kendaraan bahkan rumah dengan nilai tertentu," katanya.

Sementara untuk fitur paylater, tagihan harus dibayar lunas dalam jangkauan waktu tertentu, otherwise kena beban bunga dan kredit suspend sampai dengan lunas. Selain itu nilai limit terbatas, tidak sebesar kartu kredit jenis Platinum atau Gold. 

"Namun paylater mempunyai target market yang lebih luas dan besar, bisa menjangkau sampai dengan masyarakat level bawah. Menggunakan teknologi digital dari mobile phone untuk penggunaannya sehingga tidak perlu lagi harus bawa kartu di dompet," tambah Risza.

Pemain paylater Akulaku juga mengaku belum menyesuaikan tingkat suku bunga.

"Kedepannya masih sangat tergantung dari perkembangan Cost of Fund dari Bank Kreditur kami," kata Presiden Direktur Akulaku Efrinal Sinaga.

Efrinal menyebut, bunga yang dikenakan kepada nasabah mulai dari 0% hingga 3%, tergantung program cicilan yang diambil. Kendati bunganya cukup tinggi, Efrinal menilai, hal tersbut tidak mempengaruhi minat pengguna. Menurutnya, selama angsuran per bulan dapat terpenuhi, nasabah tetap akan menggunakan paylater.

Hal tersebut pun terbukti dengan pembiayaan bulanan yang rata-rata per bulannya naik sekitar 25% dari tahun lalu. Saat ini, rata-rata pembiayaan di Akulaku per bulannya bisa menyentuh Rp 1 triliun. Pengguna pun sudah mencapai lebih dari 7 juta, meningkat  lebih 20%.

Baca Juga: Banding-banding Bunga Paylater dan Kartu Kredit, Mana yang Lebih Menarik?

"Bunganya sedikit lebih besar dari Kartu Kredit. Namun konsumen kami sebagian besar unbankable yang tidak mungkin mendapatkan fasilitas (Credit Card) dari Bank," tegas Efrinal. 

Efrinal menerangkan, kelebihan dari Paylater yaitu, membantu keleluasaan cash management, selain itu bagi yang shortage cash nya bisa mendapatkan barang diawal, namun bayarnya bisa belakangan, punya fasilitas plafon kredit tanpa menyerahkan agunan.

Sementara ia mengakui, kelemahannya memang terkait suku bunga sedikit di atas kartu kredit, karena pinjaman ini termasuk yang unsecured loan (tanpa jaminan). Berutang dengan bunga rendah memang bisa didapatkan jika menggunakan kartu kredit dengan rata-rata di bawah 2%.

Kartu kredit BRI misalnya yang memiliki bunga 1,75%. Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto pun bilang bahwa segmentasi pasar dari kartu kredit BRI ini diarahkan bagi pengguna yang berbelanja di merchant offline.

Kendati di tengah meningkatnya transaksi paylater, volume transaksi kartu kredit BRI pun masih bisa meningkat 8% secara yoy pada April 2022.

“Peningkatan volume transaksi tersebut berasal dari transaksi groceries, fashion, healthcare dan gadget & electronic,” ujar Aes.

Meskipun sudah ada kartu kredit, Aes pun menyebut ada transformasi digital yang tengah dilakukan oleh BRI dengan salah satu produknya yaitu pinjaman digital bernama Ceria dengan bunga yang ditawarkan sebesar 1,42%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×