Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat kondisi beban bunga yang tinggi, perbankan tampaknya tak bisa serta-merta meningkatkan bunga kredit yang dimiliki. Bukan tanpa alasan, bank tetap perlu mempertimbangkan persaingan untuk menjaga pangsa pasar kredit.
Dalam laporan terbarunya, Bank Indonesia (BI) mencatat Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) turun terbatas pada Mei 2024 sehingga kembali pada level Maret 2024. SBDK Mei 2024 menurun sebesar 3 basis poin (bps) menjadi 8,81%, setelah meningkat dengan besaran yang sama di bulan sebelumnya.
Adapun, penurunan terjadi relatif merata pada seluruh kelompok bank, dengan penurunan terbesar pada BPD dan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) sebesar 2 bps. Selain itu, spread atau selisih antara suku bunga acuan (BI-Rate) dengan SBDK yang makin menipis menunjukkan adanya efisiensi pricing perbankan.
“Penurunan SBDK merupakan indikasi upaya perbankan untuk menjaga daya saing suku bunga di pasar kredit, di tengah berlanjutnya kenaikan biaya dana,” ungkap laporan BI, Rabu (17/7).
Baca Juga: BPD Alokasikan Belanja IT untuk Kembangkan Super App Mobile Banking
Direktur Kepatuhan PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) Efdinal Alamsyah membenarkan bahwa memang ada persaingan antar bank dengan mempertahankan suku bunga kredit bank tetap kompetitif. Alhasil, dia menyebutkan belum ada kenaikan bunga kredit sepanjang 2024 ini di OK Bank.
Jika dilihat lebih lanjut, OK Bank terakhir menaikkan bunga kredit pada November 2023. Kala itu, OK Bank menaikkan SBDK sekitar 25 bps untuk semua segmen, antara lain kredit korporasi, kredit mikro, kredit ritel dan kredit konsumsi.
“Jika bank lain tidak menaikkan suku bunga, jika ada bank yang menaikkan suku bunga, yang bersangkutan bisa kehilangan pangsa pasar,” ujar Efdinal.
Lebih lanjut, Efdinal bilang alasan lain adalah bank ingin mendorong pertumbuhan kredit untuk menghasilkan pendapatan bunga lebih besar dari pinjaman baru. Dengan menahan suku bunga, dia melihat OK Bank dapat mempertahankan atau meningkatkan permintaan kredit nasabah.
Memang, jika mengacu pada laporan keuangan per Mei 2024, OK Bank masih mampu mencatatkan pertumbuhan kredit dobel digit. Pada periode tersebut, kredit OK Bank naik 10,29% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 8,82 triliun.
Baca Juga: Ada Opsi Kebijakan Restrukturisasi KUR, Begini Kata Kemenkop UKM
Sementara itu, EVP Corporate Communication & Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Hera F. Haryn bilang pihaknya berupaya menjaga tingkat suku bunga kredit pada level yang dapat diterima oleh pasar.
Hera mengungkapkan BCA akan senantiasa mencermati kondisi pasar, likuiditas, dan profil risiko sebelum menentukan berbagai kebijakan dan penyesuaian termasuk dalam menentukan besaran SBDK.
Hingga saat ini, SBDK BCA yang paling tinggi berada di segmen ritel yang mencapai 8,10%. Sementara, SBDK paling rendah ada di segmen kredit konsumsi untuk non KPR yang berada di level 5,96%.
“Kami mencermati perkembangan suku bunga Bank Indonesia serta dinamika makroekonomi dan kondisi likuiditas sektor perbankan,” ujarnya.
Dengan SBDK yang juga tak naik, hal tersebut juga cukup mengakselerasi pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh bank milik Grup Djarum ini. Per Mei 2024, penyaluran kredit BCA naik sekitar 19,5% YoY atau senilai Rp 826,7 triliun.
Baca Juga: Bank Mandiri Catat Penyaluran KUR Tembus Rp 19,33 triliun per Juni 2024
Sedikit berbeda, Direktur Keuangan PT Bank Mandiri Tbk Sigit Prastowo bilang bank berlogo pita emas ini telah melakukan repricing secara selektif pada kredit korporasi terutama yang memang pricing-nya berdasarkan suku bunga acuan.
Namun, ia menegaskan pihaknya tetap menjaga tingkat profitabilitas di antaranya adalah mengoptimalkan portfolio mix, yakni mendorong portofolio yang memiliki return yang lebih tinggi. Dari sisi DPK, Bank Mandiri memperkuat basis dana murah yang besar untuk dapat mempertahankan biaya dana tetap rendah.
“Diperlukan strategi pengelolaan profitabilitas baik dari aset maupun DPK agar NIM tetap terjaga optimal,” ujar Sigit.
Baca Juga: Kinerja Kredit Bank-bank Besar Tumbuh Kencang
Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan juga mengungkapkan telah meningkatkan bunga kredit yang dimiliki. Dalam setahun terakhir, Lani menyebut telah menaikkan bunga kredit 50 bps secara overall.
Dalam meningkatkan bunga kredit, ia menjelaskan berbeda-beda untuk tiap segmen bisnis. Khusus untuk kredit korporasi, peningkatan bunga akan berdasarkan relationship serta melihat total pendapatan korporasi tersebut.
Sejalan dengan hal tersebut, CIMB Niaga pun harus rela mencatatkan pertumbuhan kredit yang lebih lambat dibandingkan bank-bank lainnya. Per Juni 2024, ia mencatat pertumbuhan kredit hanya tumbuh sekitar 6% secara tahunan.
Lani menjelaskan, hal tersebut dipengaruhi oleh pinjaman kredit korporasi yang melandai dengan pertumbuhan di bawah 5%t. Meskipun, pinjaman yan difokuskan ke UKM mampu tumbuh dobel digit.
“Market loan di dominasi loan korporasi terutama dari Himbara,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News