Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank-bank terbesar di Indonesia sejauh ini mencatat kinerja kinclong. Kemarin (25/1), PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengumumkan pertumbuhan laba kuartal ketiga 2018 sebesar 9,9% year on year menjadi Rp 18,5 triliun.
Pengumuman laba BCA menambah daftar positif bank besar Tanah Air, setelah PT Bank Mandiri Tbk mengumumkan pertumbuhan laba 20% menjadi Rp 18,1 triliun, di akhir September lalu.
BCA, kendati tidak mencapai dua digit, peningkatan laba bersih tersebut sejalan dengan rencana yang dicanangkan perusahaan.
Wakil Presiden Direktur BCA Eugene K. Galbraith mengatakan peningkatan laba tersebut salah satunya ditopang dari realisasi kredit yang solid.
Per September 2018, bank swasta terbesar di Indonesia ini merealisasikan kredit Rp 515,56 triliun atau tumbuh 17,2% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 439,88 triliun. "BCA membukukan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Kami melihat adanya peluang-peluang usaha serta peningkatan permintaan kredit usaha dari para nasabah," ujarnya dalam paparan kinerja BCA, di Jakarta, Kamis (25/10).
Bila dirinci, pertumbuhan kredit BCA antara lain ditopang dari peningkatan segmen kredit korporasi yang meningkat 23,3% menjadi Rp 199,2 triliun, terutama berasal dari sektor jasa keuangan, telekomunikasi, serta minyak nabati dan hewani.
Sementara itu, kredit komersial dan usaha kecil menengah (UKM) tumbuh 17,6% menjadi Rp 176,4 triliun. Disusul kredit konsumer yang tumbuh 9% menjadi Rp 139,9 triliun.
Manajemen BCA mengatakan, pada portofolio kredit konsumer, kredit kepemilikan rumah (KPR) naik 9,4% menjadi Rp 86,3 triliun dan kredit kendaraan bermotor yang meningkat 7,7% menjadi Rp 41,5 triliun.
Pada periode yang sama, oustanding kartu kredit BCA juga tumbuh 10,9% yoy menjadi Rp 12,1 triliun. Eugene mengatakan, pertumbuhan kredit dinilai masih akan terus berlanjut sampai akhir tahun 2018. Justru, tren peningkatan kredit akan sangat terasa pada minggu-minggu terakhir di bulan Desember.
"Kredit konsumsi saat ini memang susah diramal, biasanya BCA pada minggu-minggu terakhir Desember selalu ada lompatan dalam penarikan kredit," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim mengatakan, melihat pencapaian di kuartal III 2018, BCA optimistis target pertumbuhan kredit sebesar 12% bakal tercapai.
Dari sisi rasio kredit bermasalah, BCA juga berhasil menekan laju kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross ke level 1,4% pada September 2018 lalu. Posisi ini menurun sedikit dari September 2017 sebesar 1,5%. Adapun, secara net posisi NPL BCA stabil di level 0,4% sejak tahun lalu.
Sejalan dengan mitigasi risiko yang dilakukan BCA, rasio pencadangan alias coverage ratio BCA juga menurun menjadi 187% pada kuartal III-2018 dari posisi setahun sebelumnya 190,8%.
Hingga akhir tahun, walau tak dapat memprediksi secara pasti, Eugene optimistis BCA mampu mencatatkan pertumbuhan laba di kisaran 10%. "Laba bersih kami tidak bisa kasih ramalan, tapi di antara 10% kami sudah senang," paparnya.
Sebagai tambahan informasi, laba bersih BCA antara lain juga ditopang oleh pendapatan bunga bersih alias net interest income yang naik 7,7% yoy menjadi Rp 33,35 triliun. Disamping itu, pendapatan non bunga tumbuh tinggi 17% yoy dari Rp 10,75 triliun menjadi Rp 12,57 triliun.
Pertumbuhan pendapatan non bunga ini salah satunya didorong dari fee dan komisi yang naik 13,8% yoy menjadi Rp 12,57 triliun. Sementara biaya provisi menurun 4,5% yoy menjadi Rp 1,74 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News