kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45907,02   3,68   0.41%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski Ada Tren Kenaikan Suku Bunga, Bankir Yakin Kredit Konsumer Tetap Tumbuh


Rabu, 09 November 2022 / 17:49 WIB
Meski Ada Tren Kenaikan Suku Bunga, Bankir Yakin Kredit Konsumer Tetap Tumbuh
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi di salah satu bank swasta di jakarta, Senin (5/10). /pho KONTAN/Caarolus Agus Waluyo/05/10/2020.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dengan adanya tren kenaikan suku bunga nampaknya tidak berpengaruh terhadap kinerja bisnis kredit konsumer perbankan yang terus tumbuh secara konsisten hingga saat ini. Merujuk data Bank Indonesia (BI) Kredit Konsumsi tumbuh 9,1% secara tahunan alias year on yerar (YoY) menjadi Rp 1.790,5 triliun pada September 2022.

Hal ini terutama didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) 7,5% YoY menjadi Rp 621,4 triliun. Sedangkan kredit Kendaraan Bermotor (KKB) tumbuh 23,2% menjadi Rp 120,2 triliun, dan Kredit Multiguna tumbuh 8,7% menjadi Rp 1,048 triliun.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), salah satu yang berhasil mencatatkan kenaikan kredit konsumer sepanjang September 2022 mencapai Rp 106,9 triliun atau tumbuh 11,3% secara tahunan.

Hal ini ditopang oleh Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) tumbuh 6,5% secara tahunan menjadi Rp 51,9 triliun, kredit payroll loan naik 21,2% secara tahunan menjadi Rp 41,4 triliun, dan kartu kredit juga tumbuh 3,7% secara tahunan menjadi Rp 12,1 triliun.

Baca Juga: Perbankan Sehat, LPS Sebut Belum Ada Perbankan yang Tutup Sepanjang 2022

Direktur Consumer Banking BNI, Corina Leyla Karnalies menyatakan, kredit konsumer BNI masih difokuskan pada penyaluran KPR dan payroll loan.

"Pertumbuhannya masih cukup bagus double digit. Di tengah tren kenaikan suku bunga acuan, BNI Optimistis di tahun 2022 kredit konsumer bisa tumbuh 12%," kata Corina kepada kontan.co.id.

Corina menyebut, saat ini BNI masih gencar melakukan promosi mendorong KPR subsidi hingga kendaraan bermotor dengan rate yang sangat bagus. Menurutnya, kenaikan suku bunga tidak serta merta akan berpengaruh terhadap penyaluran kredit konsumer, pihaknya melihat tren permintaan kredit KPR dan LPP masih akan tumbuh besar.

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk berhasil keluar menjadi bank yang menyalurkan kredit konsumer terbesar, mencapai Rp 165,0 triliun atau naik 10,4% secara tahunan. 

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) tumbuh 10,4% secara tahunan menjadi Rp 105,0 triliun, Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) naik 9,2% secara tahunan menjadi Rp43,8 triliun, dan saldo outstanding kartu kredit juga tumbuh 15,8% secara tahunan menjadi Rp 13,0 triliun.

Pihaknya pun optimistis tren kenaikan permintaan kredit masih akan berlanjut sampai kuartal IV 2022. Bahkan, BCA menggerek target kredit dari 8% menjadi 10% YoY di sepanjang 2022.

"Kami melihat tren pemulihan permintaan kredit konsumer berlanjut. Didukung pelaksanaan dua kali expo di tahun ini, kami menerima total aplikasi KPR dan KKB senilai Rp 30 triliun," kata Jahja.

PT Bank Pembangunan Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) juga berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit konsumer hingga September tumbuh 5,3%.

Baca Juga: LPS Serukan Ekonomi Hijau dalam Program Penjaminan pada Rangkaian G20

"Momentum ini kami lihat sejalan dengan pulihnya keyakinan konsumen untuk melakukan konsumsi. Sampai akhir tahun kami lihat permintaannya masih tumbuh dan di akhir tahun kami perkiraan pertumbuhannya sekitar 6%," kata Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi.

Menurutnya, pangsa nya masih luas, saat ini pihaknya juga mengelola ekosistem keuangan di Jawa Barat dan Banten, khususnya untuk kredit berbasis pendapatan tetap yang pangsa nya baru 54% sehingga masih ada ruang yang cukup luas untuk tumbuh. Ia pun optimis permintaan bisnis konsumer BJB akan terus tumbuh terutama didorong oleh kredit payroll atau kredit multiguna.

"Dengan kenaikan suku bunga yang saat ini terjadi, masyarakat mencari akses pembiayaan yang lebih murah, salah satunya adalah melalui program-program pemerintah yang bunganya di subsidi. Di KPR ada FLPP, di UMKM ada KUR, kedua produk tersebut menjadi alternatif bagi masyarakat untuk pembiayaan yang murah," jelas Yuddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×