Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah menempuh segala cara untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Salah satunya dengan mengerek anggaran program bunga kredit menjadi Rp 8,3 triliun di 2022.
Padahal tahun lalu hanya Rp 700 miliar. Ini tidak terlepas dari upaya pemerintah memberikan tambahan potongan bunga KUR. Normalnya, bunga pinjaman KUR adalah 9% pada tahun 2022.
Namun, pemerintah memberikan tambahan subsidi bunga KUR sebesar 3% hingga Juni 2022. Dengan tambahan subsidi, bunga pinjaman KUR menjadi 6%. Yang terbaru, pemerintah memperpanjang tambahan subsidi bunga KUR 3% sampai Desember 2022.
Ekonom dan Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menyatakan secara konsisten mengkritik program ini lantaran belum melihat banyak manfaat dari KUR. Kendati ia mengakui KUR memberikan subsidi suku bunga dan mengurangi beban UMKM.
“Tetapi KUR tidak membantu UMKM yang selama ini tidak bisa mendapatkan pembiayaan bank. Para penerima KUR umumnya adalah nasabah bank yang memang sudah bankable. Yang selama ini sudah mendapatkan kredit bank dengan bunga komersial. Sementara UMKM yang kesulitan mendapatkan pembiayaan dari bank tetap tidak terbantu,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (24/5).
Baca Juga: Anggaran Subsidi Bunga KUR Melonjak 1000% Jadi Rp 8,3 Triliun di Sepanjang 2022
Oleh sebab itu, ia menilai tidak ada peran besar KUR dalam perekonomian indonesia khususnya dalam membantu usaha mikro kecil yang tidak bankable. Ia menilai baik program KUR maupun penyalur KUR belum tepat.
“Yang membutuhkan bunga rendah itu bukan hanya sekelompok UMKM. Jadi harusnya yang dicarikan solusi adalah bagaimana mengatasi permasalahan suku bunga tinggi di indonesia. Bukan bikin program yang sangat terbatas. Bisa dipastikan banyak penyelewengan. Penyalur pasti maunya cari yang mudah dan minimal risiko,” tuturnya.
Tak heran, banyak pelaku UMKM malah mengakses kredit ke institusi keuangan lainnya seperti fintech peer to peer lending yang lebih mudah diakses. Meski belum besar nilainya, pelaku UMKM terus mencari akses pembiayaan yang lebih mudah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan Outstanding Pinjaman Fintech Lending ke UMKM Capai Rp13,2 Triliun per Maret 2022.
Bank BNI melihat akses pelaku UMKM ke bank semakin mudah. General Manager Divisi Bisnis Usaha Kecil Bank BNI, Sunarna Eka Nugraha menyebut sudah mendekati kemudahan pengajuan pembiayaan ke fintech untuk kategori pembiayaan dengan nominal yang serupa.
“Khusus untuk KUR BNI kami meyakini keberadaan Fintech P2P tidak menjadi kendala dalam penyaluran karena BNI dan Fintech P2P memiliki target konsumen yang berbeda sesuai dengan kebutuhan target konsumen masing-masing institusi,” jelasnya.
Tercermin dari penyaluran KUR BNI meningkat 14% yoy mencapai Rp 11,3 triliun per April 2022. Atas pencapaian tersebut BNI telah mencapai 30% dari total alokasi yang dipercayakan di tahun ini.
Ia menyebut sektor perdagangan masih menjadi sektor paling dominan di tahun 2022. Namun sektor pertanian mengalami pertumbuhan penyaluran yang signifikan yang berkontribusi hingga 28% di April 2022.
Bank Mandiri juga membenarkan akses pelaku UMKM ke fintech P2P lending memang lebih mudah. SEVP Micro & Consumer Finance Bank Mandiri Josephus K. Triprakoso menyebut ini bukan menjadi kendala dalam menyalurkan KUR lantaran bunga KUR jauh lebih murah dibandingkan fintech P2P lending.
“Sehingga lebih menarik bagi pelaku UMKM. Selain itu, biasanya limit kredit yang bisa diperoleh pelaku UMKM via fintech relatif lebih kecil dibandingkan dengan KUR,” ujarnya.
Ini terbukti dari penyaluran KUR Bank Mandiri mencapai Rp 14,41 triliun kepada 133.310 debitur pada April 2022. Meningkat 10,03% year on year (yoy) jika dibandingkan April 2021 sebesar Rp 13,10 trilliun.
Realisasi penyaluran KUR tersebut sudah mencapai 36,04% dari target tahun 2022. Ia menyatakan kredit berbunga rendah ini didominasi oleh Sektor Produksi dengan 58,67% atau sebesar Rp 8,45 triliun, sedangkan Sektor Non Produksi hanya 41,33% yaitu sebesar Rp 5,95 triliun.
Sekretaris Perusahaan Bank BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan sepanjang Januari hingga April 2022 BRI berhasil menyalurkan KUR senilai Rp 88,98 triliun. Nilai itu setara dengan 34,23% dari target yang diberikan oleh pemerintah pada 2022 sebesar Rp 260 triliun.
Baca Juga: Ini Strategi BNI Dongkrak Penyaluran KUR di Tahun 2022
“Mayoritas penyaluran KUR BRI disalurkan di sektor produksi, dengan proporsi mencapai 57,15%. Strategi penyaluran KUR BRI di tahun 2022 akan tetap pada selective growth yang selaras dengan strategi penyaluran kredit BRI secara umum,” ujarnya.
BRI akan memanfaatkan hyperlocal ecosystem dengan fokus pada ekosistem desa, pasar kelompok usaha dan komoditas tertentu. Selain itu BRI juga terus melakukan pemberdayaan melalui digitalisasi, yakni dengan platform PARI, Localoka dan pasar.id.
Untuk menjaga kualitas KUR yang disalurkan, BRI menerapkan strategi selective growth. Selain itu BRI juga membuat sektor sektor prioritas dalam penyaluran KUR, seperti perdagangan dan pertanian. BRI juga terus memperkuat penggunaan data analytic untuk memperkuat proses credit underwriting serta meningkatkan success rate restrukturisasi.
“Hal tersebut berdampak positif terhadap kualitas KUR yang disalurkan, dimana hingga April 2022 NPL KUR BRI tercatat 1,44%. Optimalisasi penyaluran KUR terus dilakukan BRI dari aspek pemerataan. Menurut survei internal BRI, terjadi kenaikan rata-rata rumah tangga penerima KUR. ” jelasnya.
Sering dengan itu, pemerintah terus mendorong realisasi penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) di tengah pemulihan ekonomi nasional. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyatakan realisasi KUR telah mencapai Rp 136,88 triliun sejak awal tahun hingga 23 Mei 2022.
Kredit berbunga rendah ini sudah diberikan kepada 2,99 juta debitur. Realisasi tersebut sudah mencapai 36,68% dari target penyaluran KUR tahun ini yang mencapai Rp 373,17 triliun.
“Total outstanding KUR sejak Agustus 2015 hingga 23 Mei 2022 mencapai Rp 469 triliun yang diberikan kepada 34,88 juta debitur dengan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) sebesar 0,81%,” paparnya kepada Kontan.co.id pada Selasa (25/5).
Baca Juga: Ditopang Sektor Perdagangan, Penyaluran KUR BNI Capai Rp 11,3 Triliun per April 2022
Ia merinci penyaluran KUR di sepanjang tahun 2022 berdasarkan jenis penggunaannya. Sebanyak 1,77% atau Rp 2,42 triliun disalurkan dalam bentuk KUR super mikro kepada 276.126 debitur.
Sedangkan KUR mikro menjadi penopang kinerja KUR yang mencapai Rp 93,18 triliun atau 68,07% dari total penyaluran KUR. Penyaluran KUR mikro ini telah dinikmati oleh 2,53 juta debitur.
Lalu sebanyak Rp 41,28 triliun atau 30,16% diberikan kepada 171.927 debitur usaha kecil (KUR Kecil). Juga terdapat Rp 6,60 miliar KUR PMI yang diberikan kepada 273 debitur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News