Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) ke level 5,75% pada awal 2025 mendapat sambutan positif dari industri perbankan tanah air.
Meski demikian, para bankir menilai langkah ini belum langsung dapat menurunkan tren kenaikan biaya dana (Cost of Fund/CoF) yang masih terjadi saat ini.
Sebelum kebijakan ini diumumkan, HSBC Global Private Banking (HSBC GPB) telah memproyeksikan bahwa BI akan menurunkan suku bunga acuan hingga tiga kali sepanjang 2025.
Baca Juga: Suku Bunga BI Rate Dipangkas, Reksadana Jenis Apa yang Bakal Untung?
Hal ini dinilai sebagai peluang bagi industri keuangan untuk menekan CoF dan meningkatkan profitabilitas.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Oktober 2024, beban bunga bank umum secara industri tercatat naik 30,5% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp480,72 triliun.
Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk, Lani Darmawan, menyambut baik langkah BI tersebut.
Namun, ia menilai masih terlalu dini untuk memprediksi kapan CoF akan benar-benar turun.
Baca Juga: Margin Bunga Bank Tak Akan Serta-merta Merekah Usai Pemangkasan BI Rate
“Too early untuk memprediksi kapan betul-betul turun CoF. Namun, kami sambut baik penurunan rate ini dan berharap secara bertahap CoF bisa turun sehingga animo kredit meningkat,” ungkap Lani pada Jumat (17/1).
CIMB Niaga juga berkomitmen menjaga porsi dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) di kisaran 66% untuk menekan CoF sepanjang 2025.
Direktur Kepatuhan PT Bank Oke Indonesia Tbk (OK Bank) Efdinal Alamsyah menyatakan bahwa penurunan suku bunga deposito tidak selalu terjadi langsung setelah penurunan suku bunga acuan.
“Bank harus tetap kompetitif dalam menawarkan bunga deposito untuk mempertahankan nasabah, terutama di tengah persaingan antarbank. Fokus OK Bank adalah memaksimalkan penghimpunan dana murah (CASA) guna mengurangi ketergantungan pada deposito berbiaya tinggi,” jelasnya.
Meski demikian, Efdinal optimistis penurunan CoF akan memberikan peluang untuk meningkatkan Net Interest Margin (NIM) dan menawarkan bunga kredit yang lebih kompetitif.
Baca Juga: Margin Keuntungan Bank Makin Tergerus, Ini Penyebabnya
Hal ini diharapkan mendorong ekspansi kredit dan meningkatkan pendapatan bunga.
Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Agustya Hendy Bernadi menilai, kebijakan BI ini sebagai langkah strategis untuk mendukung stabilitas ekonomi nasional.
“Penurunan suku bunga acuan ini akan memberikan dampak positif terhadap reprofiling alternatif pendanaan dengan biaya yang lebih kompetitif, tentunya dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan risiko,” ujarnya.
Pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran Arianto Muditomo memperkirakan, tren bunga deposito akan melandai pada semester II 2025 jika penurunan BI Rate terus berlanjut.
Baca Juga: Pertanda Bunga Kredit Perbankan Turun Mulai Terlihat di Awal Tahun 2025
“Bank memerlukan waktu untuk menyesuaikan bunga deposito karena mempertimbangkan likuiditas, posisi dana, dan persaingan di pasar,” kata Arianto.
Ia juga menambahkan, porsi CASA yang murah perlu dijaga pada kisaran 60-70% dari total dana pihak ketiga (DPK) untuk menekan CoF secara efektif dan menjaga profitabilitas bank.
Penurunan suku bunga acuan BI dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk perlambatan inflasi, stabilitas nilai tukar, dan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya: Via Sambungan Telepon, Trump dan Xi Jinping Bahas TikTok, Perdagangan, dan Taiwan
Menarik Dibaca: Promo Mandiri Dwidayatour Carnival 2025, Tiket Pesawat PP ke Jepang Rp 5,7 Juta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News