Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bankir memproyeksi deposito masih bisa akan tumbuh tahun depan. Lantaran minat masyarakat terhadap simpanan berjangka masih ada, walau perbankan mulai mengerem himpunan dana mahal ini.
Bank Indonesia (BI) mencatatkan, pertumbuhan deposito hanya 0,3% year on year (yoy) per Oktober 2021. Padahal pada Januari tahun ini, masih tumbuh dobel digit di level 11,8% yoy.
Bank Tabungan Negara (BTN) mengatakan minat nasabah masih tinggi terhadap produk deposito. Direktur Distribution and Retail Funding Bank BTN Jasmin menyatakan deposito dipilih karena memiliki imbal hasil yang jauh lebih menarik dibanding bila ditempatkan di tabungan.
Ia tidak menampik, sebagian nasabah mulai memilih produk investasi seperti obligasi, surat berharga negara (SBN), reksadana, dan saham. Di sisi lain, BTN juga terus memperkuat komposisi dana murah yang terdiri dari tabungan dan giro.
Baca Juga: Penyaluran kredit bank asing lesu, ini penyebabnya
“Oleh sebab itu, deposito dengan bunga tinggi kita repricing dengan suku bunga yang lebih rendah. BTN secara bertahap telah menyesuaikan suku bunga deposito yang lebih rendah, sesuai dengan kebutuhan likuiditas,” ujar Jasmin kepada Kontan.co.id, Jumat (10/12).
Bank bersandi saham BBTN ini mencatatkan penurunan deposito 8,13% yoy dari Rp 183,66 triliun pada Oktober 2020 menjadi Rp 168,72 triliun di Oktober 2021.
Kendati demikian, Jasmin menargetkan deposito tumbuh 11% di 2022.
Bank Mandiri juga mencatatkan penurunan himpunan deposito hingga 13,39% yoy dari Rp 286,48 triliun pada Oktober 2020 menjadi Rp 248,12 triliun di Oktober 2021.
SVP Retail Deposit Product And Solution Group Bank Mandiri Evi Dempowati menyatakan penurunan itu disebabkan oleh tren penurunan suku bunga deposito Bank Mandiri.
“Ini sudah diperhitungkan dan sejalan dengan fokus Bank Mandiri dalam meningkatkan dan mengoptimalkan dana murah. Sebagai kunci untuk menekan biaya dana dan efisiensi biaya bank. Dari sisi likuiditas sendiri, kami proyeksikan likuiditas Bank Mandiri masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan ekspansi perseroan sampai akhir tahun,” ujarnya kepada Kontan.co.id.
Strategi utama Bank Mandiri dalam pertumbuhan deposito lebih kepada menjaga rasio dana murah. Oleh sebab itu, Bank Mandiri mengedukasi menabung di deposito dan membukanya lewat layanan digital Livin’ by Mandiri.
Baca Juga: Sampai November, pendapatan bisnis wealth management BNI tumbuh 26%
Lain halnya dengan Bank CIMB Niaga yang masih mampu mencatatkan pertumbuhan deposito 1,88% yoy dari Rp 87,11 triliun pada Oktober 2020 menjadi Rp 88,75 triliun di Oktober 2021. Namun pertumbuhan ini masih kalah jauh dibandingkan kenaikan simpanan giro dan tabungan pada periode yang sama.
Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan menyatakan hal ini sejalan dengan strategi bank yang lebih fokus ke dana murah yang mampu tumbuh 11% yoy. Begitupun ke depannya, CIMB Niaga akan tetap fokus di dana murah dengan mempertimbangan likuiditas guna mendukung ekspansi kredit.
Ia mengaku bunga deposito sudah dalam rentang rendah untuk saat ini, utamanya bagi bank BUKU IV. Adapun tujuan mengoptimalkan dana murah agar bunga kredit bisa lebih bersaing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News