kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski turun, NIM perbankan di Indonesia masih tertinggi di ASEAN


Selasa, 29 Oktober 2019 / 22:58 WIB
Meski turun, NIM perbankan di Indonesia masih tertinggi di ASEAN
ILUSTRASI. Petugas teller menghitung uang di salah satu bank di Jakarta, Jumat 14/6). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan, pertumbuhan penyaluran kredit bank hingga bulan kelima tahun ini mencapai 11,5% secara year on year, lebih kuat dibandingkan dengan per Apr


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketatnya persaingan bunga di industri perbankan mulai memangkas margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) perbankan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per Agustus 2019 posisi NIM ada di level 4,9% menurun dari periode setahun sebelumnya 5,14% secara industri.

Sejumlah bank besar juga mencatatkan penurunan NIM. Ambil contoh, PT Bank Mandiri Tbk per September 2019 membukukan NIM 5,58% atau turun 8 basis poin (bps) secara yoy.

Baca Juga: Duh, Kredit Bermasalah Masih Menghantui Kinerja Perbankan premium

Penurunan ini tak lain disebabkan tingginya pertumbuhan beban bunga perseroan di kuartal III 2019 sebesar 24,88% yoy dari Rp 19,08 triliun menjadi Rp 23,83 triliun. Sedangkan pendapatan bunga tumbuh lebih rendah sebesar 14,04%.

Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi menerangkan, penurunan NIM juga disebabkan oleh adanya perubahan segmen kredit perseroan dari korporasi ke segmen kecil seperti UKM. "Penurunan NIM masih lebih baik dibandingkan dengan bank pesaing (peers) kami," ujarnya di Jakarta, Senin (28/10).

Berbeda dengan Bank Mandiri, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) justru mencatatkan peningkatan NIM secara yoy dari 6,07% menjadi 6,23% pada kuartal III 2019. BCA bisa dibilang cukup irit dalam mengelola biaya dana alias cost of fund (CoF).

Baca Juga: Pendapatan bunga bersih perbankan mulai seret

Terbukti dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 10,4% yoy menjadi Rp 683,05 triliun. Dari total dana pihak ketiga (DPK) tersebut, 75% di antaranya merupakan dana murah yang naik 7,6% secara yoy menjadi Rp 513,88 triliun.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan bahwa pihaknya memang telah melakukan strategi penyesuaian suku bunga lebih cepat dibandingkan industri.

"Tahun lalu ada gejala kenaikan tinggi bunga kredit, makanya kami cepat naikkan tinggi sekali sehingga bisa menarik dana masyarakat cukup besar," katanya.

Namun, saat ini pihaknya sudah menurunkan tingkat bunga deposito untuk meringankan beban bunga, setidaknya dalam satu tahun terakhir perseroan sudah menyesuaikan bunga deposito sekitar 75 basis poin (bps) secara rata-rata.

Baca Juga: Beban bunga tumbuh tinggi, laju NII perbankan mulai seret

Bukan cuma bank di dalam negeri saja, negara kawasan Asia Tenggara atau Asean pun juga mengalami penurunan NIM. Analis DBS Group Singapura Rui Wen Lim dalam menyatakan dampak persaingan bunga di industri perbankan Singapura dan pelemahan ekonomi global bakal berimbas terhadap NIM.

"Menurut analisa kami, suku bunga pinjaman yang ditawarkan di seluruh bank Singapura telah menurun sebesar 20-30 basis poin dalam dua kuartal pertama 2019," tulis Rui dalam risetnya yang dirilis Rabu (23/10) lalu.

Meski begitu secara rata-rata, bank di Singapura sudah berhasil mencatatkan peningkatan NIM sebesar 1-7 bps dari periode akhir 2018 ke kuartal I 2019. Namun, tekanan NIM masih akan berlanjut sampai dengan tahun 2020 mendatang tergantung pada penurunan tingkat bunga di pasar.

Baca Juga: Fee Based Income (FBI) bank melaju kencang

"Setiap penurunan 25 bps di bunga kredit, akan ada dampak penurunan 1-3 bps terhadap NIM di tahun 2020," lanjutnya.

Di sisi lain, walau NIM perbankan di Indonesia menurun, realisasi tersebut masih jauh lebih tinggi dibandingkan pencapaian negara Asean lain. Semisal Singapura yang mencatatkan NIM 1,6% per Desember 2018 dan Filipina pada periode kuartal II 2019 membukukan realisasi NIM 3,62%.

Bahkan tiga bank terbesar di Singapura seperti DBS, OCBC dan UOB hingga kuartal II 2019 lalu masih membukukan NIM di kisaran 1,6%-2,1%, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata NIM perbankan di Tanah Air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×