kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mewaspadai beban bank BUMN di tengah besarnya kredit afiliasi


Minggu, 01 September 2019 / 22:44 WIB
Mewaspadai beban bank BUMN di tengah besarnya kredit afiliasi
ILUSTRASI. Beban keuangan bank-bank pelat merah perlu diwaspadai.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

Senada, Rohan Hapas Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri juga menyebut kualitas pembiayaan yang dilakukan perseroan ke BUMN masih sangat baik hingga saat ini dengan rasio NPL dikisaran 0%.

Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI juga menyampaikan hal yang sama. Menurutnya, beban yang ditanggung BRI terhadap perusahaan BUMN masih stabil. "Rasio NPL ke BUMN masih stabil di kisaran 1%," katanya belum lama ini.

Baca Juga: 2.683 pekerja kena PHK massal, saham KRAS memerah

Secara umum, lanjutnya, BRI tidak memiliki isu terkait Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) di mana batas maksimal pemberian kredit ke perusahaan BUMN adalah 30%.

Haru melihat, ruang bagi BRI salurkan kredit ke afiliasinya masih besar dengan jumlah modal inti perseroan mencapai Rp 190 triliun saat ini.

Adapun kredit yang disalurkan Bank BNI ke BUMN kebanyakan berkaitan dengan infrastruktur dan sektor energi. Untuk masuk ke sektor-sektor itu pun, Bob bilang, BNI tidak asal sembarangan. Ada kriteria-kriteria yang ditetapkan. Misalnya di jalan tol, perseroan hanya masuk ke proyek dengan investment return minimal 13%, jangka waktu pengembalian maksimal 15 tahun dan lain-lain.

Guna mengantisipasi risiko kredit bermasalah di kondisi ekonomi yang sedang berat, BNI memilih untuk semakin waspada dan mencermati perkembangan yang ada.

Baca Juga: PTPP berencana akuisisi Krakatau Tirta, KRAS buka diri untuk penawaran terbaik

Perkebunan dan properti adalah dua sektor yang paling dicermati perseroan saat ini karena harga komoditas tengah melambat dan penjualan properti menengah ke atas juga melambat.

Untuk pembiayaan di sektor perkebunan, BNI akan mempertimbangkan faktor harga, produktivitas kebun, dan value chain dari kebun. Salah satu kreditur BNI di sektor ini berasal dari BUMN yakni PTPN.

"PTPN ini ada bisnisnya yang bagus dan ada yang kurang bagus. Dalam melakukan pembiayaan kami melihat mereka sebagai grup. Misalnya gula lagi berat, sawit bagus, kita akan blended." jelas Bob.

Sedangkan dalam pembiayaan properti, BNI akan memperhatikan kemampuan membayar dari nasabahnya untuk KPR dan melihat siapa pengembang dan proyek yang akan dibangun dalam membiayai investasi atau modal kerja developernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×