Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi borong saham perusahaan pembiayaan alias multifinance (leasing) oleh investor asing masih terus berlanjut. Ini membuktikan akuisisi leasing Tanah Air oleh asing masih semarak.
Baru-baru ini NTAsian Discovery Master Fund atau yang dikenal dengan NTAsset terus menambah porsi sahamnya di PT BFI Financial Indonesia (BFIN). Hingga 17 November 2023 saja tercatat kepemilikan sahamnya mencapai 5,25%.
Direktur Keuangan BFI Finance, Sudjono menyampaikan bahwa NTAsset adalah perusahaan investasi asal Thailand dan bukan merupakan pemegang saham baru di BFIN. Bahkan, NTAsset pernah punya saham BFIN lebih tinggi dari saat ini.
“NTAsset pernah memiliki saham BFIN hingga 10% karena mereka perusahaan yang bersifat pemegang saham publik kami tidak bisa mengontrol kapan mereka membeli, kapan menjual,” ujarnya dalam Pubex BFIN 2023, Rabu (22/11).
Baca Juga: FIF Catatkan Pembiayaan Sepeda Motor Capai Rp 22 Triliun Hingga Oktober 2023
Sudjono mengungkapkan bahwa kepemilikan saham BFIN mayoritas dipegang oleh investor asing. Namun, dia tak bisa menyebutkan siapa saja investor tersebut karena jumlahnya cukup banyak.
“Pemegang saham asing merupakan yang terbesar di BFI saat ini, jumlahnya sekitar 70% dari total pemegang saham secara keseluruhan,” ungkapnya.
Sudjono tak memungkiri, fakta para investor asing membeli saham BFIN menunjukkan bahwa mereka memiliki keyakinan yang baik ke kinerja, prospek dan manajemen perusahaan. Menurutnya, BFIN juga cukup update memberikan informasi kepada pemegang saham.
“Itu membentuk confident level yang tinggi bagi pemegang saham, itu yang membuat pemegang saham tersebut menambah sahamnya di BFI,” terangnya.
Bukan cuma di BFIN, investor asing juga gemar berinvestasi di industri multifinance Indonesia. Paling anyar ada Mitubishi UFJ Financial Group (MUFG) bersama Adira Finance yang membeli saham Mandala Finance dengan total sekitar 80,6% saham.
Adira Finance mewakili 10% atau sekitar 267 juta saham, sedangkan MUFG sebanyak 70,6% atau mencapai 1,87 miliar saham. Adapun total pembelian saham tersebut senilai Rp 7,04 triliun.
Direktur Utama Adira Finance, Dewa Made Susila mengatakan sejauh ini pembelian saham itu masih dalam proses perizinan. Ia pun belum bisa memastikan kapan hal ini bakal rampung yang jelas berkasnya telah diberikan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Belum, masih dalam proses. (Kapan selesai) Itu tergantung persetujuan OJK, sudah diajukan,” ujarnya saat ditemui di Bekasi, akhir pekan lalu.
Baca Juga: MUF Catatkan Pembiayaan Sepeda Motor Capai Rp 3,38 Triliun Hingga Oktober 2023
Memang sebelumnya, Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) pernah bilang jika minat investor asing ke multifinance disebabkan bonus demografi Indonesia dan penjualan di segmen otomotif yang masif.
“Penjualan mobil masih rentang satu juta. Itu hanya mobil, belum motor. Mereka akan melihat bahwa potensi pasar di Indonesia ini masih menjanjikan,” kata Ketua Umum APPI Suwandi, kepada KONTAN.
Suwan menuturkan, investor asing bukan cuma membawa modal untuk perusahaan multifinance tetapi juga membawa teknologi yang lebih cepat, pelayanan lebih mudah dan lebih berhati-hati. Selain itu, investasi di Indonesia mampu memberikan return yang bagus.
“Mereka tentu punya pengalaman di luar, karena itu juga mereka berkenan menanam modalnya di sini. Return di Indonesia masih bagus. Itu kan wajar saja. Uang akan mencari tempatnya untuk bisa mendapatkan imbal hasil yang lebih baik,” tandasnya.
Deputi Komisioner Pengawas Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK, Bambang W. Budiawan menuturkan bahwa akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan asing menandakan iklim bisnis yang baik.
“Aksi korporasi perusahaan keuangan bereputasi global seperti MUFG terhadap multifinance tertentu semakin menguatkan indikasi bahwa iklim bisnis multifinance semakin prospektif,” tuturnya.
Bambang mengungkapkan bahwa bisnis multifinance di Indonesia juga mampu mendatangkan investasi asing seperti yang dilakukan oleh MUFG.
“Serta menunjukkan kondisi makro dan mikro Indonesia mendapat asesmen positif,” tandasnya.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi dari Center of Economics and Law Studies (Celios), Nailul Huda mengatakan pembiayaan multifinance cukup sangat besar terlebih untuk segmen multiguna atau ritel dan kendaraan bermotor. Apalagi, konsumsi masyarakat akan barang-barang tersebut juga meningkat.
“Pangsa pasar yang tinggi ini yang menunjukkan minat investor asing untuk masuk ke industri multifinance cukup besar,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News