Reporter: Ferry Saputra | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fintech peer to peer (P2P) lending Modalku menilai sektor pendanaan produktif masih memiliki prospek yang menjanjikan.
Country Head Modalku Indonesia Arthur Adisusanto mengatakan, hal itu sejalan dengan proyeksi peningkatan financing gap yang diperkirakan terus meningkat hingga mencapai Rp 2.400 triliun pada 2026, menurut riset yang dilakukan oleh Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bersama dengan EY Parthenon pada 2023.
"Hal itu menunjukkan bahwa masih ada peluang besar untuk pertumbuhan dan perlu dilakukan langkah-langkah strategis untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan jangka panjang," kata Arthur kepada Kontan, Selasa (24/9).
Lebih lanjut, saat ini Modalku memilih untuk menerapkan strategi selektif dalam menyalurkan pendanaan ke sektor produktif. Hal itu dilakukan guna memastikan penyaluran pendanaan tepat sasaran.
Dia menyampaikan strategi selektif tersebut dilakukan dalam menyalurkan dana kepada UMKM yang bergerak di industri dengan potensi pertumbuhan yang positif.
Baca Juga: Fokus Mencapai Profitabilitas, Begini Strategi Modalku
"Kami tetap melakukan penilaian kredit yang komprehensif untuk memastikan portofolio pendanaan tetap sehat. Hal itu dilakukan untuk menjaga kualitas portofolio dan memastikan penyaluran dana dilakukan secara bijaksana," ungkapnya.
Arthur melihat saat ini ada sejumlah industri yang berpotensi diberikan pendanaan. Industri tersebut, yakni perdagangan besar & eceran, industri kesehatan, aquaculture & agribusiness, akomodasi, layanan makanan, hiburan, hingga sektor pengadaan barang dan jasa pemerintah (LKPP/LPSE).
Hingga saat ini, Arthur menerangkan Grup Modalku telah menyalurkan pendanaan lebih dari Rp 63 triliun kepada lebih dari 5,1 juta transaksi UMKM di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News