kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Multifinance diuntungkan kenaikan harga komoditas


Senin, 26 Desember 2016 / 23:35 WIB
Multifinance diuntungkan kenaikan harga komoditas


Reporter: Dina Farisah | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Kebangkitan harga komoditas belakangan ini memberi keuntungan bagi industri multifinance. Perusahaan pembiayaan dengan fokus sewa guna usaha mencatatkan kenaikan kredit.

Herman Lesmana, Direktur Marketing PT Buana Finance Tbk mengatakan, total pembiayaan baru (new booking) per November 2016 mencapai Rp 2,25 triliun, naik 25% dibanding periode sama tahun lalu. Pembiayaan tersebut disalurkan untuk consumer sebesar 45% dan leasing sewa guna usaha sebesar 55%.

Pesatnya kinerja pembiayaan ini di dukung oleh kenaikan permintaan alat berat yang mulai bergeliat di akhir tahun. "Mulai ada peningkatan permintaan untuk proyek infrastruktur power plan. Proyek ini membutuhkan batubara yang banyak. Dengan demikian permintaan terhadap alat berat juga meningkat," terang Herman kepada KONTAN, Jumat (23/12).

Herman bilang, pada dua bulan berturut-turut yakni bulan Oktober dan November, permintaan pembiayaan alat berat naik antara 20% hingga 25%. Namun lonjakan permintaan ini tidak diimbangi dengan ketersediaan stok. Pihaknya berharap tahun depan pesatnya permintaan dapat seiring dengan ketersediaan stok, sehingga kinerja pembiayaan semakin moncer.

Tahun depan, Buana Finance berharap sektor tambang melanjutkan rapot birunya. Sehingga Buana Finance dapat menorehkan kinerja positif sejak awal tahun. Sebab, pada tahun ini, kinerja positif baru dituai pada kuartal III dan IV.

Buana Finance menargetkan pertumbuhan pembiayaan 10% pada tahun depan. Apabila Buana Finance menutup tahun ini dengan booking Rp 2,5 triliun maka target booking tahun depan diharapkan sebesar Rp 2,75 triliun.

Dari target tersebut, komposisi portofolio pembiayaan tahun depan akan sedikit bergeser. Sebesar 55% akan dialokasikan pada pembiayaan konsumer yang meliputi pembiayaan mobil baru dan mobil bekas.

Saat ini, dari total pembiayaan konsumer, Buana Finance menyalurkan kredit 95% pada mobil bekas. Sisanya untuk membiayai mobil baru. Sementara 45% portofolio tahun depan merupakan sewa guna usaha, terdiri atas pembiayaan alat pertambangan, infrastruktur dan perkebunan.

Suwandi Wiratno Siahaan, Direktur Utama PT Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL) juga merasakan berkah dari relinya harga komoditas belakangan ini. Namun hal tersebut belum berdampak secara signifikan terhadap kinerja pembiayaan CSUL.

Hingga November 2016, realisasi pembiayaan CSUL telah mencapai 92,5% dari target booking tahun ini sebesar Rp 1,8 triliun. Menurutnya, kenaikan permintaan alat berat mulai terlihat pada alat angkut batubara dan batu pasir. Pihaknya berharap tren bullish harga komoditas dapat berlanjut hingga tahun depan.

"Tahun depan kami optimistis sektor pertambangan masih bergairah. Kami berharap mencatatkan pertumbuhan booking antara 5% hingga 10% pada tahun depan," ujar Suwandi.

Apabila realisasi booking CSUL akhir tahun ini sebesar Rp 1,8 triliun maka tahun depan pihaknya membidik target booking antara Rp 1,89 triliun hingga Rp 1,98 triliun. Adapun portofolio pembiayaan tahun depan akan dialokasikan maksimal 30% pada sektor pertambangan. Sisanya berupa pembiayaan konstruksi dan multiguna.

Meskipun pembiayaan sewa guna usaha sempat lesu pada tahun ini, namun angka kredit macet atau non performing financing (NPF) CSUL masih stabil di level 2%. Kondisi serupa juga dialami Buana Finance yang senantiasa menjaga NPF di bawah 3%. Hal ini lantaran Buana Finance maupun CSUL ketat dalam menyeleksi calon debitur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×