kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Multifinance mengalap peruntungan di pembiayaan properti


Rabu, 02 Oktober 2019 / 17:28 WIB
Multifinance mengalap peruntungan di pembiayaan properti


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis pembiayaan kepemilikan rumah didominasi oleh perbankan. Berdasarkan analisis uang beredar Bank Indonesia penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) perbankan mencapai Rp 492,5 triliun. Kendati dikuasai oleh perbankan, beberapa pemain multifinance turut menggarap bisnis ini.

Ambil contoh PT Reliance Finance membidik pembiayaan pemilikan rumah, pembiayaan kepada fintech peer to peer lending, dan community lending. Direktur Reliance Finance Fajar Satritama menyatakan pembiayaan properti menjadi penyumbang utama pembiayaan perusahaan hingga 40% dari total portofolio.

Baca Juga: Pemain multifinance belum berniat terbitkan surat berharga komersil

“Hingga Agustus 2019, realisasi pembiayaan sekitar Rp 500 miliar. Sedangkan sampai akhir tahun targetnya bisa mencapai Rp 600 miliar. Untuk pembiayaan rumah kita kerja sama dengan pengembang,” ujar Fajar kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu.

Fajar menyatakan terdapat tantangan dalam mengarap produk pembiayaan rumah. Ia mengaku kebanyakan para pemain multifinance lebih banyak memilih pembiayaan kendaraan bermotor.

Ia bilang secara presentasi di industri pembiayaan rumah masih dibawah 1% dari total pembiayaan multifinance.

“Peluang bagi multifinance adalah menggarap nasabah yang belum mengakses kredit bank. Menggarap pembiayaan rumah modelnya berbeda, kebanyakan pemain lain menyasar kendaraan. Bagi pemain kecil, untuk menggarap produk kendaraan tidak akan mampu bersaing dengan multifinance milik Bank atau Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM),” jelas Fajar.

Fajar bilang hingga saat ini Reliance sudah menyalurkan pembiayaan hingga Rp 500 miliar. Sedangkan rasio pembiayaan bermasalah atau NPF berada di posisi 2%.

Baca Juga: Pembiayaan baru BNI multfinance tumbuh 24,4% yoy per Agustus

Sedangkan kebutuhan pendanaan sepanjang 2019 dipenuhi dari medium term notes (MTN) yang menjadi dominan. Selain itu, juga ada pendanaan dari kredit bank dan join finance dari PT Saran Multigriya Finansial (Persero) atau SMF.

Begitu pun dengan PT Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI) juga menyasar pembiayaan rumah. Kendati pembiayaan pada mobil bekas masih menjadi dominan pembiayaan perusahaan.

BPFI mencatatkan pembiayaan properti sebesar Rp 32 miliar per Agustus 2019 atau sama dengan realisasi tahun lalu. Porsi pembiayaan properti BPFI sekitar 3%-5%. Sedangkan 80% masih didominasi pembiayaan mobil bekas dan sisanya pembiayaan alat berat.

“Meskipun bank lebih banyak mengarap pembiayaan kepemilikan rumah yang tidak digarap oleh perbankan. Misalnya menyasar masyarakat dengan penghasilan tidak tetap. Misalnya pengemudi ojek online yang pendapatan bulanannya tidak tetap,” ujar Direktur BPFI Jasin Hermawan beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Penjualan mobil baru lesu, permintaan pembiayaan mobil bekas Buana Finance naik

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengakui pemain multifinance sulit menggarap bisnis pembiayaan properti. Sebab masih terkendala pendanaan dari perbankan yang hanya menawarkan tenor pendek. Sementara Kredit Pemilikan Rumah (KPR) memerlukan waktu panjang.

“Sulit karena dananya harus jangka panjang. Bagi mulfitinance tidak ada sumber perolehan dana jangka panjang. Misal rumah itu kreditnya 10 tahun, kita dapat dana dari bank Cuma 3 tahun. Bila kita dapat dana dari SMF, tapi rumah yang ditawarkan murah. Sehingga porsinya kecil dan sedikit yang menggarap,” tutur Suwandi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×