Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) baru saja menghidupkan kembali penerbitan Surat Berharga Komersial (SBK) atau commercial paper. Ini merupakan alternatif pendanaan jangka pendek dan bertujuan memperdalam pendanaan di pasar uang.
Walaupun berpotensi untuk mendiversifikasi sumber pendanaan, tapi sejumlah pemain multifinance belum tertarik menerbitkan SBK dalam waktu dekat. Misalnya saja, PT Federal International Finance (FIF Group) masih melihat perkembangan pasar SBK terbentuk setelah kembali dihidupkan bank sentral.
Baca Juga: Bukopin sediakan dana talangan bagi pelanggan PGN untuk membayar tagihan
“Jadi kami masih wait and seet, mau melihat market SBK seperti apa, bunga sukuknya bagaimana, permintaannya seperti apa, investornya siapa saja dan lainnya,” kata Direktur Keuangan FIF Group Hugeng Gozali kepada Kontan.co.id, Senin (30/9).
Terlebih, selama 10 tahun terakhir perseroan juga belum pernah menerbitkan surat utang ini. Sepanjang 2019, sumber pendanaan FIF Group masih didominasi dari perbankan yaitu 40% dari total pendanaan. Menyusul joint financing 20%, obligasi 20% dan sisanya dari dana internal perusahaan.
PT BCA Finance juga belum berencana menerbitkan SBK tahun ini. Presiden Direktur BCA Finance Roni Haslim mengaku bahwa perseroan masih fokus pada proses penerbitan obligasi yang baru saja dirilis senilai Rp 1,5 triliun yang merupakan bagian Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Berkelanjutan III BCA Finance Tahap l Tahun 2019.
“Sementara kami fokus di obligasi saja. Plafon PUB yang kami ajukan adalah sebesar Rp 10 triliun dan pada tahap pertama Rp 1,5 triliun. Jadi sisa plafon bisa kami pakai 2 tahun ke depan, di mana nilai Rp 8,5 triliun masih mencukupi,” jelas Roni.
Baca Juga: Pengembangan wirausaha properti dongkrak bisnis perumahan BTN
Tahun ini BCA Finance menargetkan penyaluran pembiayaan sebesar Rp 32,5 triliun. Guna mencapai target tersebut, perusahaan akan menggunakan berbagai cara. Terbaru, BCA Finance memberikan biaya gratis asuransi bagi pembiayaan mobil baru dengan tenor 5 tahun sampai 6 tahun.
Sementara PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) masih mempelajari penerbitan SBK. Menurut Direktur Utama Adira Finance Hafid Hadeli, penerbitan SBK menjadi sesuatu yang baik untuk mendiversifikasi sumber dana perusahaan. “Kami ada rencana tahun ini, tapi untuk variasi pendanaan bisa lebih banyak,” ujarnya.
Biasanya, Adira Finance mempertimbangkan berbagai faktor dalam mencari dana. Jika dana bank, memperhatikan tingkat suku bunga dan jangka waktu pendanaan. Sedangkan obligasi, perlu menjaga hubungan dengan investor supaya mengenal perusahaan secara baik. Terakhir, melakukan diversifikasi pendanaan dari bank lokal, bank asing dan obligasi.
Asal tahu saja, Adira Finance mencatatkan pembiayaan baru senilai Rp 19,1 triliun di paruh pertama 2019. Jumlah tersebut meningkat 4% jika dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.
Dari realisasi tersebut, pembiayaan baru dari segmen sepeda motor naik 9%, sedangkan segmen mobil stagnan karena tren penjualan mobil baru turun sebesar 13%.
Baca Juga: Tiap bulannya, Akseleran menyalurkan pinjaman hingga Rp 70 miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News