Reporter: Dina Farisah | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Perusahaan pembiayaan menyasar pembiayaan di bidang kesehatan. Pelaku industri multifinance menilai prospek bisnis baru ini cukup menggiurkan.
PT Mandiri Tunas Finance salah satunya. Jika di tahun lalu Mandiri Tunas Finance mulai menggeluti pembiayaan multiguna pendidikan; tahun ini, Mandiri Tunas Finance merambah pembiayaan multiguna kesehatan.
Menurut Ignatius Susatyo Wijoyo, Presiden Direktur Mandiri Tunas Finance, pembiayaan kesehatan memiliki pasar yang cukup menjanjikan. Mandiri Tunas Finance rencananya mematok bunga yang kompetitif. "Pembiayaan kesehatan kami fokus pada program bayi tabung. Nasabah cukup menjaminkan bukti pemilikan kendaraan bermotor," ujar dia.
Mandiri Tunas Finance menilai, pasar dari pembiayaan program bayi tabung cukup besar. Sebab, menurut Ade Cahyo Nugroho, Direktur Keuangan PT Mandiri Tunas Finance, banyak masyarakat berusaha memiliki keturunan. Salah satu cara untuk memiliki buah hati adalah melalui program bayi tabung.
Namun pasangan keluarga harus mengeluarkan biaya cukup besar. "Paket bayi tabung cukup bervariasi harganya yakni antara Rp 50 juta hingga Rp 100 juta," kata dia.
Karena itu, MTF mencoba menjadi solusi. Perusahaan ini menawarkan bunga sekitar 5%-8% per tahun. Adapun tenor pembiayaan program bayi tabung ini satu tahun hingga tiga tahun.
Menurut Cahyo, saat ini telah membentuk tim yang akan menjalankan produk baru ini. Jika tidak ada aral melintang, pembiayaan anyar ini mulai beroperasi pada akhir Februari atau awal Maret 2016.
Selain pembiayaan bayi tabung, Mandiri Tunas Finance juga bersiap-siap menyalurkan pembiayaan umrah dan haji. Dus, perusahaan ini telah menjalankan tiga pembiayaan multiguna yakni di bidang pendidikan, religi, dan kesehatan.
Sepanjang tahun ini, Mandiri Tunas Finance menargetkan bisa menyalurkan pembiayaan multiguna antara Rp 500 miliar hingga Rp 1 triliun. Jumlah tersebut setara dengan 5% dari target pembiayaan baru (new booking) sebesar Rp 18 triliun.
PT Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL) pun ingin ikut meramaikan bisnis pembiayaan multiguna. CSUL menyasar pembiayaan di bidang alat kesehatan seperti CT Scan dan MRI. Suwandi Wiratno Siahaan, Direktur Utama Chandra Sakti mengungkapkan, CSUL telah melakukan diskusi dengan Toshiba sebagai produsen CT Scan.
Strategi ini digunakan oleh Chandra Sakti untuk mengimbangi lesunya pembiayaan alat berat. Jika pada tahun lalu, porsi pembiayaan alat berat CSUL 60% pada tahun ini dipangkas menjadi 50%.Pemangkasan tersebut dilakukan karena potensi permintaan alat berat di tahun ini juga masih akan sedang terpuruk karena longsornya harga komoditas.
"Tahun ini, porsi pembiayaan multiguna di Chandra Sakti sebesar 20% dari total portofolio," ujar Suwandi. Sedangkan 30% akan dialokasikan untuk pembiayaan kendaraan. Sepanjang tahun 2016, CSUL berharap bisa menyalurkan pembiayaan baru Rp 1,8 triliun hingga Rp 2 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News