Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Tahun depan, industri perusahaan pembiayaan atau multifinance siap melego asuransi mikro dan reksadana. Kedua lini usaha baru ini dipercaya akan menambah panjang daftar pendapatan bagi pelaku usaha multifinance.
Suwandi Wiratno, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) berharap, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku wasit industri keuangan bisa segera menandatangani peraturan OJK terkait perluasan aktivitas usaha di industri multifinance tahun ini.
“Sehingga, tahun depan bisa segera jalan,” ujarnya, Senin (17/11).
Asosiasi bersama pelaku industri, sambung dia, akan merumuskan cara untuk memasarkan produk asuransi dan reksadana.
Misalnya, dengan melatih sumber daya manusia di industri multifinance dan atau menempatkan tenaga pemasar bersertifikat dari perusahaan asuransi atau manajer investasi di kantor-kantor cabang multifinance.
Toh, perluasan aktivitas usaha multifinance ini akan menguntungkan banyak pihak. Yakni, perusahaan asuransi, manajer investasi dan pembelajaran keuangan kepada masyarakat itu sendiri. Dengan catatan, produk yang dijual nantinya menjangkau masyarakat kelas menengah dan menengah ke bawah.
Sebelumnya, Nurhaida, Kepala Eksekutif Dewan Pengawas Pasar Modal OJK mengatakan, pihaknya terus meningkatkan potensi yang ada di lembaga keuangan untuk membantu pengembangan industri pasar modal. Salah satunya dengan melibatkan industri multifinance untuk menjadi agen penjual efek, terutama reksadana.
Selama ini, cuma bank dan perusahaan sekuritas atau perusahaan manajer investasi yang boleh menjual produk investasi tersebut. “Yang sekarang kami sedang lakukan adalah untuk investor pemula lebih cocok di reksadana. Jadi, kami akan tingkatkan agen penjual efek reksa dana, bisa asuransi atau multifinance,” pungkasnya.
Bagi industri multifinance sendiri, kata Suwandi, berarti pendapatan berbasis komisi alias fee based income. Industri multifinance yang saat ini tengah tertekan karena penyaluran pembiayaan melambat dan likuiditas ketat, serta era bunga pinjaman tinggi dapat tetap bertahan di tahun depan. “Strateginya, melalui perluasan usaha tadi,” terang dia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News