Reporter: Arthur Gideon | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Dari hari ke hari, nilai tukar rupiah terhadap dolar semakin melemah. Kondisi tersebut tentu saja membuat pihak perbankan cukup berhati-hati dalam mengucurkan kredit valuta asing (valas) mereka. Sebab, jika tak di jaga, kondisi seperti tahun 1998 bisa saja terjadi. Banyak debitur dari kredit dalam bentuk valas yang angkat tangan alias tidak bisa mengembalikan utang mereka.
Direktur kredit PT Bank Mega Tbk Daniel Budirahaju bilang, untuk debitur lama, Bank Mega tidak terlalu merasa khawatir pinjaman yang mereka berikan tidak dapat kembali. “Semua debitur valas di Bank Mega adalah perusahaan-perusahaan yang juga mempunyai penghasilan dalam bentuk valas seperti eksportir.” tuturnya hari ini (7/10).
Oleh karena itu, meskipun nilai tukar rupiah terus turun, debitur tersebut tetap akan bisa mengembalikan kredit karena penghasilan mereka tidak akan tergerus akibat pelemahan rupiah.
Sedangkan untuk pengucuran kredit valas baru, untuk ke depannya, bank Mega akan lebih selektif. Langkah tersebut dilakukan oleh Bank Mega karena kondisi global saat ini belum dapat diprediksi arahnya. ”Meski demikian, kami tidak akan menghentikan pemberian kredit valas. Hanya saja, kami akan berikan untuk debitur yang memang benar-benar visible dan bankable,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Tresuri PT BRI Tbk Basuki Setiadji juga mengungkapkan hal yang sama. Bahkan BRI juga memberikan saran kepada para debitur yang berpenghasilan rupiah, untuk mengambil kredit dalam bentuk rupiah. “Nah, untuk yang berpenghasilan valas, kami juga menyarankan agar mereka mengambil kredit dalam bentuk valas,” kata Basuki.
Kepercayaan dari para bankir tersebut didasari atas langkah dari Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter yang selalu melakukan intervensi pasar dengan operasi moneter. Para bankir juga yakin bahwa BI akan selalu menjaga volatilitas rupiah agar jangan sampai berlebihan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News