kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

NIM perbankan diramal stagnan sampai tahun depan


Senin, 25 November 2019 / 07:15 WIB
NIM perbankan diramal stagnan sampai tahun depan
ILUSTRASI. Monitor penunjuk tarif bunga deposito yang dipajang di salah satu sudut Kantor BNI Pusat, Jakarta, Senin (26/7).September 2019, posisi NIM masih bertengger di 4,9%, tidak bergerak sejak bulan Mei 2019.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Net interset margin (NIM) perbankan makin mengecil. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, sampai dengan September 2019 posisi NIM masih bertengger di 4,9%. Posisi tersebut praktis tidak bergerak sejak bulan Mei 2019.

Posisi tersebut menjadi penanda terbatasnya kemampuan bank mencetak pendapatan bunga. Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Andry Asmoro juga memproyeksi posisi NIM masih akan berada di bawah 5% sampai akhir 2019.

Hal ini disebabkan kurangnya permintaan kredit serta turunnya daya beli masyarakat di tengah ekonomi yang belum stabil. Di sisi lain, perbankan juga tengah mengubah strategi bisnisnya dengan lebih selektif menyalurkan kredit dalam rangka menjaga laju non performing loan (NPL).

Baca Juga: Tren penurunan bunga, ini imbasnya terhadap industri menurut bankir

Andry juga memperkirakan di tahun 2020 mendatang, posisi NIM perbankan masih akan ada di level 4,9%. Meski begitu, ruang peningkatan NIM masih tetap terbuka. "Dalam kondisi ekonomi saat ini, bank akan lebih prudent dan perlu menjaga penyaluran kreditnya," terangnya di Jakarta, pekan lalu (21/11).

Beberapa bank menyakini NIM akan bergerak lebih kencang tahun depan. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menilai, regulator sudah memberikan angin segar bagi perbankan lewat pelonggaran giro wajib minimum (GWM).

Baca Juga: NIM multifinance terjaga di 5-6% di tengah penurunan suku bunga

Langkah itu dinilai tepat untuk memberikan bank likuiditas tambahan dan memberi stimulus pada penyaluran kredit. "Bagi Bank BTN, ini akan memberikan tambahan likuiditas kurang lebih Rp 1 triliun," ujar Direktur Kepatuhan BTN Mahelan Prabantarikso, Minggu (24/11).

Kendati demikian, BBTN masih memproyeksi NIM maksimal di kisaran 3,5% hingga 3,7% tahun ini, dengan asumsi kredit tumbuh di 8%-10% secara year on year (yoy). Namun, di tahun 2020 dipastikan NIM BTN dipastikan bakal bergerak naik minimal 3,8%. "Kami akan rekomposisi funding berbiaya mahal ke berbiaya murah atau low cost funding," tegasnya.

Direktur Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Ferdian Timur Satyagraha juga menyebut NIM Bank Jatim tidak akan bergerak jauh dari posisi tahun ini. "Fokus utama kami memang selalu menjaga NIM dan profitabilitas stabil," terangnya.

Di awal kuartal IV 2019 ini NIM Bank Jatim masih cukup tinggi yakni di kisaran 6,2%. Paling tinggi di antara seluruh bank daerah.

Baca Juga: Pasar Masih Berharap Suku Bunga Turun, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham Perbankan

Ruang peningkatan NIM juga masih cukup terbuka bagi Bank Jatim di akhir tahun, tercermin dari kredit yang mulai naik per Oktober 2019 lalu sebesar 13,91%. Dalam rencana bisnis BJTM, tahun ini pun NIM diperkirakan bisa naik hingga ke 6,47%.

Di sisi lain, bank kecil seperti PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) memandang ruang peningkatan NIM sangat tipis. Selain terbatasnya permintaan kredit, persaingan antar bank saat ini menurut Direktur BWS I Made Mudiastra masih sangat ketat.

Posisi NIM BWS bertengger di 3,8% pada awal kuartal keempat 2019. Tahun depan, Bank Woori berharap NIM masih bisa meningkat ke posisi 4%, dengan asumsi kredit bisa tumbuh dibandingkan target akhir tahun yakni 16% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×