Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan di Indonesia masih tetap lebih unggul dari bank-bank di kawasan Asean hingga kuartal III 2022 dalam hal mencetak margin bunga bersih atau net interest margin (NIM).
Walaupun secara rata-rata dalam sembilan bulan pertama ini ada bank yang mencatatkan NIM lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu, namun secara kuartal ke kuartal terus mengalami peningkatan.
Rata-rata NIM bank besar di Tanah Air hingga kuartal III berada di atas 5%. Sedangkan bank besar di Thailand rata-rata margin bunga bersihnya masih di bawah 3%. NIM bank bank di Malaysia dan Singapura kalau melihat data per Juni 2022 justru lebih rendah lagi.
Baca Juga: Resesi Sudah di Depan Mata, Para Bankir Ekstra Waspada
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang telah mencapai 125 basis poin (bps) sejak Agustus lalu akan meningktakan tekanan pada biaya dana perbankan. Namun, analis melihat NIM beberapa bank besar masih akan naik sampai akhir tahun karena bunga kredit yang berbasis suku bunga Jibor/libor tentu akan segera naik dan kenaikan yield penempatan dana di BI dan surat berharga negara (SBN).
Handiman Soetoyo, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan NIM PT Bank Central Asia Tbk (BCA) akan naik tahun ini, terutama berasal dari kenaikan yield pada penempatan dana di BI dan SBN.
"BCA melihat ada sedikit alasan menaikkan suku bunga kredit saat ini di saat bank masih bisa menjaga biaya dana rendah karena likuiditasnya ample dan struktur pendanaanya yang baik," katanya dalam risetnya dikutip Selasa (1/11).
Begitupun dengan Bank Mandiri, ia perkirakan masih akan mencetak kenaikan NIM sampai kuartal IV karena kenaikan BI rate akan terefleksi pada yield aset bank. Saat ini, 24% dari kredit perseroan dalam dolar AS berdasarkan suku bunga libor dan 11% dari kredit merupakan Jibor linked.
NIM BCA pada kuartal I 2022 tercatat 4,9% , lalu naik jadi 5% pada kuartal II dan 5,4% di kuartal berikut. Namun, NIM rata-rata perseroan dalam sembilan bulan pertama tahun ini 5,1% atau lebih rendah daru periode yang sama tahun lalu yang tercatat 5,2%.
Vera Eve Lim, Direktur Keuangan BCA memperkirakan NIM sampai akhir tahun masih akan terus membaik sejalan dengan pertumbuhan kredit perseroan dan biaya dana yang tetap terjaga rendah karena porsi biaya murah perseroan yang sangat tinggi yakni 81% per akhir September 2022.
"Dana-dana yang ada di BI akan mulai kami alihkan ke kredit seiring dengan permintaan yang terus meningkat," katanya baru-baru ini.
Sementara Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA mengatakan, yield penempatan dana perseroan juga akan naik seiring kenaian suku bunga yang berdampak positif pada NIM.
Baca Juga: Bank-Bank Lapis Kedua Juga Mencetak Kinerja yang Mempesona
Di sisi lain, lanjutnya, ada beberapa jenis kredit BCA yang akan segera naik seiring kenaikan BI rate yakni kredit yang perjanjiannya berdasarkan Jibor dan bunga yang menggunakan benckmark rata-rata bunga deposito perbankan.
Walaupun NIM BCA masih turun per September dari posisi yang sama tahun lalu, namun risk adjusted atau NIM dikurangi biaya kredit naik dari 3,5% jadi 4,3%.
BRI optimistis kenaikan bunga acuan tak akan berdampak pada target rasio-rasio keuangan BRI.
Aestika Oryza Gunarto Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, pihaknya yakin bahwa target NIM yang ditetapkan sebesar 7,7%-7,9% tahun ini akan tercapai.
Hinga saat ini, BRI belum merilis laporan keuangan kuartal III 2022. Adapun pada kuartal II lalu, perseroan mencatatkan NIM sebesar 8,24%, naik dari 7,72% pada kuartal sebelumnya.
Sebagai respon terhadap kenaikan suku bunga BI, lanjutnya, BRI juga terus melakukan review suku bunga secara berkala dan terus membuka ruang untuk melakukan penyesuaian suku bunga.
"Namun, penyesuaian suku tidak bisa dilakukan serta merta karena faktor likuiditas serta struktur simpanan dan kredit yang berbeda beda antar masing masing bank," ujarnya pada Kontan.co.id, Selasa (1/11).
Dalam mengejar pertumbuhan kredit tahun ini, BRI fokus pada segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), terutama ultra mikro dan mikro. Segmen ini diyakini BRI memiliki potensi yield lebih tinggi dari segmen lain.
Bank Mandiri secara bank only juga terus mencatat kenaikan NIM secara kuartalan. Pada kuartal I 2022 tercatat 5,31%, lalu naik jadi 5,43% pada kuartal II dan kuartal III 5,53%. Sehingga sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, NIM perseroan mencapai 5,42% atau naik dari 5,03%
Bank Mandiri memperkirakan NIM stabil cenderung membaik pada 2022 dibanding 2021. Managemen perseroan mengatakan, pihaknya akan tetap menargetkan NIM 5,1%-5,5% sampai akhir tahun.
Adapun tahun depan, Bank Mandiri melihat amsih ada potensi kenaikan NIM karena rasio dana murah perseroan yang tinggi akan membantu menjaga biaya dana di tengah kenaikan BI rate.
Baca Juga: Sepakat Ekonomi 2023 Menantang, Bankir Kompak Bisnis Tahun Depan Tetap Tumbuh
"Di sisi lain sebagai bank wholesale, sebagian besar portofolio bank mandiri adalah variabel rate yang artinya kami akan mengikuti suku bunga acuan seperti Jibor. Sehingga Bank Mandiri melihat yield of loan akan tetap naik," kata Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo.
Sedangkan BNI menilai kenaikan suku bunga itu akan berdampak pada rasio biaya dana. CoF diperkirakan akan mulai naik secara bertahap pada kuartal IV-2022.
Untuk meminimalkan tekanan kenaikan biaya dana atau cost of fund (CoF) terhadap NIM, Okki Rushartomo Budiprabowo Sekretaris Perusahaan BNI mengatakan, pihaknya akan terus mendorong peningkatana dana murah dan penguatan kapabilitas digital untuk meningkatkan transaksi nasabah giro dan tabungan.
NIM BNI sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini mencapai 4,8%, stabil dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, secara kuartal ke kuartal terus mengalami perbaikan. Jika di kuartal I masih 4,5%, kuartal II naik jadi 4,9% dan kuartal III jadi 5%.
Bank ini akan konsisten menjaga stratgei pertumbuhan yang konservatif hingga tahun dengan dengan fokus menjaga risk adjusted NIM. Tahun depan, perseroan menragetkan NIM ada dikisaran 4,5%-4,7%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News