Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pada kuartal I-2012, pendapatan bunga bersih atau net interest margin (NIM) di sejumlah perbankan semakin menyusut pada kuartal I-2012. Hanya saja, penurunan itu hanya tipis dibandingkan periode sama tahun 2011, sehingga NIM masih di atas 4%-5%. Pendapatan dan laba bank tetap tumbuh tinggi.
NIM adalah selisih bunga kredit dengan bunga simpanan nasabah. Besar kecilnya NIM mempengaruhi pendapatan bank dari bunga. Salah satu penurunan NIM adalah di Bank Central Asia (BCA), turun 20 basis poin (BPS) dari 5,4% menjadi 5,2%.
Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, berkata, penurunan NIM karena pemangkasan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK). Itu antara lain di sektor kredit ritel menjadi 10,5% dari 11% dan non-kredit pemilikan rumah (KPR) dari 10,05% menjadi 8,18%. "Kedepan, kami jaga NIM pada level 5%," kata Jahja, Kamis (26/4).
Meski NIM berkurang, laba bank terafiliasi Grup Djarum ini tumbuh 14% menjadi Rp 2,3 triliun. Penyebabnya, kredit tumbuh 39% menjadi Rp 209 triliun. Portofolio kredit paling besar adalah kredit korporasi sebesar Rp 74,8 triliun, kredit konsumer Rp 53,3 triliun, KPR Rp 30,6 triliun, dan kredit kendaraan bermotor (KKB) Rp 17,9 triliun.
Di Bank OCBC NISP, NIM turun dari 4,45% menjadi 4,37%. Thomas Arifin, Managing Director OCBC NISP, juga bilang, berkurangnya rasio bunga kredit menyebabkan NIM menyusut.
Laba bersih OCBC NISP juga naik 37% menjadi Rp 201 miliar. Kenaikan ini karena pertumbuhan kredit mencapai 40% menjadi Rp 42 triliun.
Manajemen dua bank ini menambahkan, bisa memberikan bunga kredit lebih rendah karena biaya dana atau cost of fund semakin murah. Ini dampak kebijakan perusahaan yang memperbesar porsi dana murah dari tabungan dan giro, serta menurunkan porsi penyerapan deposito. Bunga deposito selalu lebih besar dari tabungan dan giro.
Per 31 Maret 2012, komposisi dana murah di BCA mencapai 76,8% dari total simpanan nasabah Rp 334 triliun. Rinciannya, tabungan Rp 177 triliun, giro Rp 80 triliun, dan deposito Rp 77 triliun. Sedang di OCBC NISP, total dana murah mencapai 58,3% dari total dana pihak ketiga (DPK) Rp 36,9 triliun.
Bunga tinggi
Penurunan NIM cukup lumayan di Bank Rakyat Indonesia (BRI) dari 9,67% menjadi 8,37%. Penyebabnya sama, berkurangnya bunga kredit, khususnya kredit mikro dan konsumer. Namun, NIM di BRI memang jauh lebih besar dibandingkan bank-bank lain. Artinya, ke depan BRI masih harus bekerja keras menurunkan angka NIM.
Achmad Baiquni, Direktur Keuangan BRI menjelaskan, komposisi kredit mikro mencapai 32,4% atau setara Rp 91,78 triliun dan kredit konsumer sebesar 19,9% atau setara Rp 56,3 triliun. Sayang, Baiquni enggan menyampaikan SBDK kredit mikro.
Menurut laporan Penelitian Indonesia for Global Justice (IGC), BRI memberlakukan bunga kredit mikro hingga 37,4% untuk pinjaman sekitar Rp 20 juta, tenor tiga tahun tanpa agunan. Tak heran, NIM BRI jauh lebih besar dibandingkan bank-bank lain. Sementara, laba setelah pajak tumbuh 29,32% menjadi Rp 4,22 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News