kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,79   -11,72   -1.25%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

OJK: Pinjaman fintech lending ke depan akan naik signifikan


Senin, 07 Oktober 2019 / 18:49 WIB
OJK: Pinjaman fintech lending ke depan akan naik signifikan
ILUSTRASI. Ilustrasi Fintech


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah pinjaman fintech peer to peer (P2P) lending semakin menggemuk. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai Agustus 2019, akumulasi pinjaman fintech lending tembus Rp 54,7 triliun, atau meningkat 141,39% ytd dari akhir 2018 yang sebesar Rp 22,66 triliun.

Deputi Komisioner OJK Institute dan Keuangan Digital, Sukarela Batunanggar mengatakan akumulasi pinjaman tersebut berasal 127 pemain fintech lending. Dari jumlah tersebut, sebanyak enam pemain adalah fintech syariah.

“Tentunya, pinjaman per September 2019 sampai ke depan akan meningkat cukup signifikan. Bahkan, dari teman industri menyatakan pinjaman per Oktober sudah mencapai Rp 70 triliun,” kata Sukarela di Jakarta, Senin (7/10).

Baca Juga: Satgas Waspada Investasi menindak 133 entitas P2P lending ilegal

Berbagai faktor telah menopang peningkatan jumlah pinjaman fintech. Faktor pertama, karena masyarakat yang belum tersentuh bank kini bisa mendapatkan akses keuangan dari fintech.

Kedua, gap pembiayaan di sektor usaha, mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang besar bisa diatasi melalui layanan fintech. 

Ketiga, karena pola pembiayaan perbankan dan lembaga keuangan konvensional yang masih berbasis agunan dan kuantitatif.

“Dengan pendekatan fintech menggunakan credit scoring yang baru. Sistem ini mengkombinasikan data kualitatif, SLIK serta media sosial membuat pinjaman yang disalurkan lebih efisien dan efektif,” ungkapnya.

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) memperkirakan pinjaman fintech sampai akhir tahun menanjak. Misalnya, dibandingkan bank, biaya akuisisi pelanggan jauh lebih murah, khususnya pinjaman bernilai kecil. 

Ketua Umum AFPI Adrian Gunadi bilang perkembangan infrastruktur teknologi dan aplikasi mobile juga mendukung inklusi keuangan di Indonesia.

Baca Juga: Tumbuh melesat, apakah P2P lending Indonesia bisa bernasib seperti di China?

“Ekosistem mengalami pertumbuhan dan perkembangan tidak hanya dari sisi ekosistem regulator, tetapi juga e-commerce. Apalagi, jumlah penyelenggara fintech juga bertambah,” ungkapnya.

Di sisi lain kehadiran fintech menjadi peluang di tengah masalah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) – China. Di situasi ekonomi global memanas, justru segmen UMKM dan konsumer potensial digarap dan menarik pertumbuhan fintech. Ini merupakan segmen konsumen yang belum banyak digarap oleh perbankan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×