kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

OJK Prioritaskan Investor Lokal untuk Akuisisi, Begini Kinerja Sejumlah Bank Mini


Selasa, 04 Januari 2022 / 13:05 WIB
OJK Prioritaskan Investor Lokal untuk Akuisisi, Begini Kinerja Sejumlah Bank Mini
ILUSTRASI. Bank Mayora. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsolidasi perbankan lewat akuisisi atau merger bakal marak kian marak tahun ini. Pasalnya, bank-bank umum tinggal punya waktu satu tahun lagi untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp 3 triliun. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelumnya menekankan bahwa regulator akan mengutamakan memberikan restu kepada investor lokal untuk mencaplok bank-bank kecil berkinerja bagus.

"Jangan sampai bank yang bagus ini dikasih ke asing. Itu tidak benar. Harus ada kerja bakti dululah kalau asing mau ambil," kata Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK Slamet Edy Purnomo dalam webinar Arah Bisnis 2022 yang digelar belum lama ini.

Sudah ada sejumlah investor lokal yang mencaplok bank kecil dalam beberapa tahun terakhir. Terbaru, Emtek Group mengakuisisi Bank Fama Internasional. Bank ini terbilang berkinerja baik. 

Baca Juga: Ombudsman: Masih Ada Banyak Pekerjaan Rumah OJK untuk Menyelesaikan Keluhan Publik

Per Semester I 2021, perseroan mampu mengantongi laba bersih Rp 27,99 miliar, meroket 138,3% dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/YoY). Itu sejalan dengan pendapatan bunga bersihnya yang tumbuh 74,1% jadi Rp 42,61 miliar. Kredit perseroan tercatat Rp 744,93 miliar, turun dari Rp 766,67 miliar per Desember 2020.

Dari bank besar, BCA sebelumnya sudah sukses mencaplok Bank Royal dan kini disulap menjadi Bank BCA Digital. Pemegang saham Bank Mega, pengusaha Chairul Tanjung telah mengakuisisi Bank Harda Internasional yang kini berganti nama jadi PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI). PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) saat sedang dalam proses mengakuisisi Bank Mayora untuk dikembangkan jadi digital. 

Dengan begitu, bank-bank besar yang belum punya kendaraan bank digital tinggal Bank Mandiri. BRI sudah punya PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) yang sedang dalam proses bertransformasi jadi bank digital.

Berikut kinerja bank-bank kecil yang belum melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI):

1. Bank Mayora
Bank dengan modal inti Rp 1,22 triliun per September 2021 tercatat memiliki kinerja cukup bagus. Per kuartal III 2021, Bank Mayora membukukan laba bersih Rp 32,8 miliar atau naik 33,3% periode yang sama tahun sebelumnya. Rasio permodalan (Capital Adequacy Ratio/CAR) bank ini ada di level 30,14%. 

Total kredit Bank Mayora Per September mencapai Rp 3,78 triliun atau turun dari Rp 4,2 triliun di periode yang sama tahun 2020. Dana Pihak Ketiga mencapai Rp 7,3 triliun atau turun 14% YoY. Rasio kredit bermasalah (NPL) secara gross ada di level 3,21% atau turun dari 4,66% pada September tahun sebelumnya. Sedangkan NPL net ada di level 2,09%, turun 3,52%.

Baca Juga: Aset Berkualitas Rendah Dialihkan ke PPA, NPF Bank Muamalat Tinggal 0,58%

2. Bank Index Selindo.
Bank dengan modal inti  Rp 1,46 triliun per September 2021 ini memiliki kinerja apik. Laba bersih bank di kuartal III tahun lalu meningkat 42,5% YoY menjadi Rp 57,57 miliar. Pertumbuhan net profit itu sejalan dengan kenaikan pendapatan bunga bersih 10,3% dari Rp 290 miliar jadi Rp 320 miliar. 

Di tengah tekanan pandemi Covid-19, kredit bank ini masih cenderung stabil di Rp 6,9 triliun per September. Sedangkan DPKnya turun 2,5% jadi Rp 7,7 triliun.  Kualitas aset bank ini juga masih terjaga baik dimana NPL gross ada di level 2,74% atau turun dari 2,88% pada September 2020 dan NPL netnya 1,1% atau turun drai 1,8%. CAR Bank Index ini ada di level 20,6%.

Presiden Komisaris bank ini adalah Bosur Simatupang. Adapun pemegang saham pengendali bank ini adalah PT Kazanah Indexindo dengan kepemilikan 52,52%. Sisa sahamnya dimiliki oleh PT Creaador Capital 18,9%, PT Asseta Selindo 17,5%, Kurniadi Setiawan 3,74%, SBI Emerging Asia Financial Sector Fund Pte ltd 3,46%, Nederlandse Financierings Maatschappij voor Ontwikkelingslanden NV 2,6% dan Alwi Setiawan 1,25%.

3. PT Bank SBI Indonesia 
Modal dengan modal inti Rp 1,44 triliun per September 2021 dimiliki oleh Bank of India. Bank ini mengantongi laba bersih Rp 31,77 miliar hingga kuartal III 2021 atau turun 12,18% secara YoY. Pendapatan bunga bersih bank ini masih meningkat 10,7% ke Rp 111 miliar. Hanya saja, terjadi penurunan pendapatan non operasional dari Rp 25,2 miliar jadi Rp 2,9 miliar sehingga laba bersihnya menipis.

Kredit  Bank SBI per kuartal III 2021 tumbuh 17% menjadi Rp 2,39 triliun dari Rp 2,03 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. DPKnya meningkat 12% ke Rp 2,8 triliun.

Namun, kualitas aset bank ini mengalami penurunan dimana NPL gross per September 2021 berada di level 6,7% atau naik dari level 3,96% pada periode yang sama tahun 2020. NPL net naik ke 2,41% dari 0,88%.  Rasio permodalannya masih kuat dimana CAR perseroan ada di level 46,59%

4. Bank Prima Master
Bank yang dimiliki oleh Henry Susilowidjojo melalui PT Hartamas Lestari 50% dan PT Multi Artacipta Serasi 50% ini baru memiliki modal inti Rp 236,9 miliar per September 2021. Sebelumnya, OJK menyebut bahwa bank ini sudah dalam pipeline untuk diakuisisi oleh bank besar dari asing. 

Per kuartal III 2021, bank ini mencetak laba  bersih Rp 31,38 miliar. Sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya perseroan mencatat rugi bersih sebesar Rp 48,7 miliar. 

Kinerja positif itu sejalan dengan peningkatan pendapatan bunga bersih dari rp 43,9 miliar ke Rp 479 miliar. Perseroan juga mengalami peningkatan pendapatan lainnya dari  Rp 963 juta menjadi Rp 48,06 miliar  sehingga beban pendapatan operasionalnya turun tajam dari 90,6 miliar jadi 13,4 miliar.

Bank Prima Master membukukan kredit Rp 1,54 triliun per September 2021, turun tipis dari 1,59 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. DPKnya stabil di Rp 2,2 triliun. 

Rasio permodalan bank ini sudah cekak dimana CAR perseroan ada di level 12,38% per September 2021. Bank Prima Master mencatat NPL gross di level 6,56% atau naik dari 5,23% pada September 2020. NPL netnya naik dari 2,35 ke 3,28%.

5. Bank Jasa Jakarta

Bank dengan modal inti Rp 1,61 triliun per September 2021 telah diakuisisi WeLab Ltd, perusahaan milik Sequoia Capital dan miliarder Li Ka-shing sebesar 24%.  

WeLab menargetkan akan menjadi pengendali bank ini dan telah mengumpulkan dana  sebesar US$ 240 juta atau sekitar Rop 3,46 triliun dari investor eksisting dan investor baru untuk mendanai akuisisi Bank Jasa Jakarta tersebut serta untuk mengembangkannya menjadi bank digital.

Bank ini mencatatkan kinerja positif hingga kuartal III 2021. Laba bersihnya tumbuh 37% YoY menjadi Rp 60,65 miliar. Pendapatan bunga bersihnya sebetulnya tercatat turun 4,6% YoY menjadi Rp 145,7 miliar, namun laba terkerek karena fee based income-nya naik dari 4 miliar ke Rp 8,3 miliar dan ada penurunan kerugian penurunan nilai keuangan Rp 26,8 miliar jadi Rp 274 juta.

Bank Jasa Jakarta mencatat kredit Rp 2,59 triliun per September 2021, turun 11% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan DPKnya naik 2,1% jadi Rp 4,8 triliun. Kualitas aset perseroan mengalami perbaikan dimana NPL gross turun dari 2,16% ke level 1,83% dan NPL net turun dari 0,8% ke 0,54%. Sedangkan CARnya berada di level 51,16%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×