kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ongkos SBI Mahal, BI Bisa Tekor Rp 22 T


Selasa, 17 November 2009 / 10:04 WIB
Ongkos SBI Mahal, BI Bisa Tekor Rp 22 T


Reporter: Ruisa Khoiriyah, Roy Franedya | Editor: Dikky Setiawan

Jakarta. Ongkos menjaga stabilitas moneter oleh Bank Indonesia (BI) sangat mahal. Akibatnya, BI memperkirakan tahun ini akan tekor Rp 1,9 triliun. Bahkan, tahun depan defisit BI akan membengkak menjadi Rp 22,4 triliun.

"Ongkos moneter jadi biaya terbesar di anggaran BI. Ini untuk menjaga likuiditas agar tidak lebih dan tidak kurang," kata Pejabat Sementara Gubernur BI Darmin Nasution saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin (16/11).

Beban terbesar dalam ongkos moneter tersebut adalah untuk membayar bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). BI memang masih mempertahankan bunga SBI dan patokan suku bunga BI Rate jauh di atas tingkat inflasi.

BI yakin langkah ini bisa membuat investor asing tetap nyaman berinvestasi di Indonesia. "Kalau BI Rate kami banderol terlalu dekat dengan inflasi, uang bisa lari atau terjadi capital outflow," jelas Darmin.

Alhasil, sampai akhir Oktober 2009 anggaran kebijakan moneter BI defisit Rp 15,167 triliun. Bank sentral memperkirakan, ongkos moneter akan naik hingga terjadi defisit Rp 18,335 triliun di akhir 2009.

Sayangnya, BI tidak merinci berapa besar ongkos operasi moneter itu. Tapi sebagai gambaran, sumber KONTAN di BI membisikkan, per 5 November 2009, total kewajiban moneter BI untuk operasi moneter sekitar Rp 296 triliun.

Rinciannya: untuk SBI sebesar Rp 239,2 triliun, fasilitas simpanan BI (FasBI) Rp 14,7 triliun, dan Fine Tune Operation neto sebesar Rp 42,5 triliun.

"Posisi operasi moneter naik dari pekan sebelumnya karena ada aliran masuk uang kartal pasca Lebaran ke perbankan, juga ekspansi operasi pemerintah," kata dia.

Sengaja bangkrut?

Jika memperhitungkan penerimaan dari pos lain, maka neraca BI secara keseluruhan hingga akhir tahun ini diperkirakan defisit Rp 1,905 triliun.

Kondisi ini akan terus berlangsung hingga tahun depan. BI memperkirakan operasi moneter 2010 akan defisit sebesar Rp 37,403 triliun. Tapi dengan memperhitungkan pendapatan di pos lain, defisit neraca BI akan menyusut menjadi Rp 22,4 triliun.

Meski defisit bengkak, Darmin memastikan, BI belum perlu minta suntikan modal pemerintah. Sebab rasio modal BI masih 9%. Tapi menurut hitungan pemerintah, pada 2010, rasio modal BI akan turun menjadi 6,68% .

Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa menduga, BI sengaja mendesain agar tidak surplus. "BI memang mendesain diri untuk bangkrut," ujarnya.

Seharusnya, ujar Purbaya, BI tak getol menyerap likuiditas lewat SBI karena biayanya mahal. Seharusnya, BI menyerap likuiditas dengan membeli surat utang di pasar sekunder. "Di negara lain, tak ada lagi instrumen seperti SBI," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×