kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.739   21,00   0,13%
  • IDX 7.480   0,54   0,01%
  • KOMPAS100 1.157   2,51   0,22%
  • LQ45 918   4,40   0,48%
  • ISSI 226   -0,78   -0,35%
  • IDX30 474   2,88   0,61%
  • IDXHIDIV20 571   3,56   0,63%
  • IDX80 132   0,52   0,39%
  • IDXV30 140   1,17   0,84%
  • IDXQ30 158   0,64   0,41%

Opsi Kebijakan Relaksasi Restrukturisasi KUR Terbuka Lebar di Tengah Kenaikan NPL


Senin, 22 Juli 2024 / 05:00 WIB
Opsi Kebijakan Relaksasi Restrukturisasi KUR Terbuka Lebar di Tengah Kenaikan NPL
ILUSTRASI. Potensi peningkatan kredit macet untuk segmen Kredit Usaha Rakyat (KUR) membuka opsi perpanjangan restrukturisasi. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/Spt.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adanya potensi peningkatan kredit macet untuk segmen Kredit Usaha Rakyat (KUR) menjadi sorotan pemerintah. Berbagai upaya mulai dilakukan dengan membuka opsi adanya restrukturisasi khusus untuk segmen KUR ini.

Opsi tersebut dilontarkan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dalam salah satu postingan instagramnya setelah memimpin Rakortas terkait KUR, pekan lalu. Dalam postingan tersebut, Airlangga mengungkapkan bahwa saat ini perbankan dalam kondisi yang resilien untuk menjalankan program ini.

Meski demikian, Airlangga bilang bahwa saat ini ada salah satu kebijakan yang juga akan ditawarkan dalam rangka melanjutkan program dana KUR tersebut. Yakni opsi perpanjangan restrukturisasi kredit khusus segmen KUR.

Baca Juga: KUR Bank BCA 2024: Syarat Mengajukan PInjaman, Limit, dan Suku Bunga KUR BCA

Menanggapi hal tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengungkapkan bahwa restrukturisasi yang menjadi wacana pemerintah ini tidak ada kaitannya dengan restrukturisasi Covid-19 yang sudah berakhir Maret 2024.

Ia menegaskan opsi restrukturisasi yang terbaru ini adalah opsi yang ditawarkan untuk masing-masing bank terhadap debitur KUR-nya yang masih dianggap prospektif. Di mana, itu bisa dilakukan berdasarkan POJK 40/2019 tentang penilaian kualitas aset bank umum.

“Nanti akan ada koordinasi lanjutan mengenai hal ini dengan pemerintah sebagai pemilik program,” ujar Dian.

Sebelumnya, Dian juga mengungkapkan bahwa bersama pemerintah, pihaknya secara berkala terus melakukan evaluasi baik kompetensi, dan kondisi para bank penyalur program KUR ini.

Menurutnya, dalam perjalanannya dimungkinkan suatu penyesuaian, alokasi ataupun penghentian penyaluran. Mengingat, implementasi program menekankan tidak hanya berfokus terhadap peningkatan penyaluran namun juga berfokus terhadap efektivitas program dalam mendorong keberlangsungan UMKM di Indonesia secara jangka panjang.

Sebagai informasi, realisasi penyaluran KUR per 31 Juni 2024 telah mencapai sebesar Rp 141,85 triliun dari target tahun ini yang mencapai Rp 300 triliun. Jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, penyaluran KUR  hanya senilai Rp 105,8 triliun.

Direktur Pemasaran PT Bank BPD DIY Agus Tri Murjanto mengungkapkan bahwa kemungkinan memang ada pemburukan kualitas kredit di segmen KUR ini. Namun, ia menegaskan bahwa NPL gross segmen KUR yang dimiliki BPD DIY masih terjaga.

Meski demikian, kenaikan NPL gross segmen KUR milik BPD DIY nyatanya tak bisa terhindar dari kenaikan. Saat ini, Agus bilang NPL tersebut ada di kisaran 2% dan ada kenaikan sekitar 50 basis poin dari posisi sama tahun lalu.

“kalau ada regulasi baru terkait restrukturisasi tersebut kami tunduk dan harus menjalankannya,” ujar Agus.

Sebagai informasi, penyaluran KUR di BPD DIY sendiri hingga Juni 2024 telah mencapai angka sekitar Rp 600 miliar. Di mana, alokasi yang dimiliki BPD DIY untuk sepanjang tahun ini mencapai Rp 1,1 triliun.

“Sejak proses awal pencairan KUR, kami harus memperhatikan prinsip kehati-hatian serta monitoring penggunaan dana usaha tersebut,” tambah Agus,

Sementara itu, General Manager Divisi Bisnis Usaha Kecil Bank PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Sunarna Eka Nugraha membenarkan bahwa saat ini ada kenaikan untuk NPL KUR yang dimiliki BNI. Tak menyebut berapa kenaikannya, Sunarna bilang bahwa saat ini NPL untuk segmen tersebut berada di level 3,2%.

Meski demikian, Sunarna bilang bahwa penurunan kualitas kredit KUR ini masih dalam batas yang terkendali. Terlebih, BNI juga telah menerapkan beberapa strategi untuk memperbaiki kualitas kredit di segmen KUR.

Salah satu upaya yang dilakukan antara lain pengelolaan Loan at Risk dengan fokus pada mapping kondisi debitur. Tujuannya, penanganan yang diberikan terhadap debitur memang tepat. 

Ditambah, fokus menggarap value chain korporasi, nasabah potensial, digital ecosystem, dan mitra kerjasama. Serta, penggunaan scoring system yang terkalibrasi secara berkala dalam proses kredit.

Baca Juga: Penyaluran KUR Semakin Deras di Tengah Bayang-bayang NPL

“Kalau dilihat NPL KUR di BNI tetap tergolong stabil,” ujarnya.

Direktur Bisnis Mikro PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Supari bilang penyaluran KUR di bank yang fokus wong cilik ini diimbangi dengan kualitas kredit KUR yang tetap baik. Hal tersebut tecermin dari NPL KUR BRI yang terjaga di kisaran 2%.

Di mana, BRI terus mengakselerasi penyaluran kredit kepada segmen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Sepanjang Januari hingga Mei 2024, BRI berhasil menyalurkan KUR sebesar Rp 76,4 triliun atau setara dengan 46,33% dari total kuota penyaluran KUR BRI untuk tahun 2024 yakni sebesar Rp 165 triliun.

“Perseroan telah memiliki strategi untuk menjaga NPL KUR BRI. Di antaranya melalui penyaluran kredit secara selective growth, mendorong peningkatan recovery rate, serta melakukan monitoring pinjaman secara ketat, baik online maupun offline,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×