kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.348.000   -50.000   -2,09%
  • USD/IDR 16.726   -19,00   -0,11%
  • IDX 8.370   -1,56   -0,02%
  • KOMPAS100 1.159   1,71   0,15%
  • LQ45 844   2,78   0,33%
  • ISSI 293   0,51   0,17%
  • IDX30 443   1,88   0,43%
  • IDXHIDIV20 509   1,38   0,27%
  • IDX80 131   0,22   0,17%
  • IDXV30 136   -1,02   -0,74%
  • IDXQ30 140   0,57   0,41%

Orang Kaya Sudah Tempatkan Uang di Indonesia, Tapi Instrumen Investasi Kurang Beragam


Sabtu, 15 November 2025 / 11:00 WIB
Orang Kaya Sudah Tempatkan Uang di Indonesia, Tapi Instrumen Investasi Kurang Beragam
ILUSTRASI. Orang-orang kaya tampaknya sudah mulai rajin menempatkan uangnya di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/28/07/2025


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Orang-orang kaya tampaknya sudah mulai rajin menempatkan uangnya di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Ini terlihat dari data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menunjukkan simpanan orang kaya dengan nominal di atas Rp 5 miliar telah mencapai Rp 5,462 triliun per September 2025. Angka tersebut meningkat sekitar 36% dalam tiga tahun. Ini menjadi tier dengan pertumbuhan paling tinggi.

Bahkan, jika ditarik lebih jauh di tahun 2016, rekening orang kaya di atas Rp 5 miliar di atas masih sekitar Rp 2.228 triliun. Kala itu, aturan terkait pengampunan pajak atau tax amnesty baru berlaku.

Sejalan dengan itu, data orang dengan ultra high net worth individuals (UHNWI) juga terus tumbuh. Knight Frank mencatat pada tahun 2016 jumlahnya baru sekitar 832 orang dan di tahun 2023 telah meningkat 1.479 orang. Bahkan, pada tahun 2028 diproyeksi bisa meningkat hingga 1.984 orang.

Baca Juga: Pemicu Pertumbuhan Transaksi Kartu Kredit Melambat pada Kuartal III-2025

General Manager Wealth Management PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Henny Eugenia membenarkan tren nasabah kaya baik di industri maupun di BNI menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik dari sisi jumlah customer maupun dana kelolaan.

Menurutnya, ini menjadi salah satu indikator banyak orang kaya yang sebelumnya memiliki penempatan dana di luar negeri, saat ini mulai beralih bertahap ke perbankan di Indonesia maupun ke instrumen di pasar modal dalam negeri baik saham maupun obligasi dibuktikan dengan porsi kepemilikan investor domestik yang terus naik di beberapa tahun terakhir. 

“BNI mencatat pertumbuhan yang signifikan dari jumlah nasabah naik 14% dan dana kelolaan tumbuh positif 23% secara tahunan (YoY),” ujar Henny, Rabu (12/11/2025).

Lebih lanjut, ia menjelaskan komposisi penempatan dana nasabah BNI saat ini terbanyak masih di produk Dana Pihak Ketiga (DPK). Hanya saja, ia bilang pertumbuhan di produk investasi juga terus memperlihatkan kenaikan positif termasuk nasabah private yang  tercatat tumbuh 15% YoY. 

“Melihat perkembangan saat ini nasabah yang sebelumnya hanya menempatkan di produk obligasi pemerintah, sudah mulai level up ke produk reksadana pendapatan tetap bahkan saham,” tambahnya.

Baca Juga: Biaya Overhead Sejumlah Bank Naik per Kuartal III-2025

Sementara itu, Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Johannes Husin bilang bahwa saat ini nasabah-nasabah orang Indonesia sudah lebih nyaman untuk menempatkan uangnya di Indonesia. Terlebih, itu terlihat ketika adanya program tax amnesty yang membuat orang-orang memindahkan dananya kembali ke dalam negeri.

Hanya saja, ia menyayangkan hal tersebut tidak diikuti dengan dengan kedalaman pasar keuangan di Indonesia. Dalam hal ini, Johannes bilang produk-produk investasi di Indonesia terbilang masih terbatas jika dibandingkan di luar negeri.

“Pilihan produknya tidak banyak, tapi kalau misalnya di luar negeri Ini produknya banyak sekali. Kalau misalnya menarik deposito dari sana sama ke sini mau ditempatkan dimana,” ujarnya.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan masih ada risiko uang di Indonesia keluar lagi karena beberapa faktor. Contohnya, ketika suku bunga acuan turun, imbal hasil deposito bisa menipis sehingga dana besar akan mencari alternatif. 

“Jika pasar obligasi korporasi, reksadana pendapatan tetap, dana jatuh tempo tetap, ETF obligasi, dan instrumen lindung nilai belum cukup dalam, dana tersebut mudah kembali melirik luar negeri,” ujar Josua.

Josua bilang Singapura akan tetap menjadi magnet bagi pemilik kekayaan di kawasan. Ia menggambarkan, pada tahun 2024, Singapura  diperkirakan menyerap sekitar 3.500 orang kaya baru, meski proyeksinya turun menjadi sekitar 1.600 pada 2025.

Menurutnya, ini menunjukkan daya tarik luar negeri belum hilang, hanya saja momentumnya sudah mulai normal. 

“Supaya dana domestik tidak kembali hengkang, ketersediaan produk di dalam negeri harus terus ditingkatkan,” tandasnya.

Selanjutnya: Strategi Dirut Baru Garuda Fokus Benahi Armada dan Efisiensi

Menarik Dibaca: iPhone 16 Paling Canggih di Kelas Flagship? Ada Fitur LiDAR Scanner dan UWB 2!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×