kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pacu Kinerja Holding Ultra Mikro, Begini Rencana BRI


Kamis, 01 Desember 2022 / 18:02 WIB
Pacu Kinerja Holding Ultra Mikro, Begini Rencana BRI
ILUSTRASI. Gedung kantor pusat Bank BRI Jakarta (18/11/2022) . PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) memacu kinerja holding ultra mikro.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) memacu kinerja holding ultra mikro. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan  tujuan utama dari pendirian ekosistem holding ini untuk mendekatkan akses keuangan kepada pelaku usaha ultra mikro.

Oleh sebab itu, holding ini telah menetapkan strategi dalam mencapai hal itu pada tiga tahun pertama operasionalnya.Pada tahun pertama holding ultra mikro terbentuk, Aestika menyebut, ketiga entitas holding akan membangun pondasi yang kuat alias fase set up the foundation.

Hal ini dicapai melalui rencana pasca integrasi yang akan dilakukan dengan menerapkan beberapa inisiatif, diantaranya adalah co-location.

Pada tahun kedua, BRI, Pegadaian dan PNM akan memasuki fase penguatan (strengthen) untuk memastikan terwujudnya sinergi. Beberapa inisiatif yang direncanakan antara lain mengembangkan digital channel untuk memudahkan nasabah ultra mikro dalam mengakses produk UMi holding.

Baca Juga: Kredit Ditargetkan Tumbuh 9%-11%, Simak Target Bisnis Bank BRI Hingga Akhir 2022

Pada tahun ketiga, holding ultrea mikro akan melakukan peningkatan kapabilitas, demi mencapai tujuan BRI untuk berkontribusi pada aspirasi inklusi keuangan Indonesia.

Beberapa inisiatif yang akan dilakukan diantaranya meluncurkan program pemberdayaan dalam skala penuh, untuk meningkatkan literasi keuangan pertumbuhan bisnis dan penetrasi digital bagi nasabah BRI.

“Sinergi BRI Group antara induk dengan perusahaan anak BRI, diantaranya Pegadaian dan PNM difokuskan pada tiga aspek yaitu Diversifikasi Income, Spreading Risk, dan memperkuat Customer Base,” kata Aestika.

Dari data BRI, usaha ultra mikro yang membutuhkan pendanaan tambahan mencapai 45 juta nasabah pada 2018. Dari jumlah itu, yang sudah tersentuh lembaga keuangan formal baru sekitar 15 juta nasabah.

Aestika menjelaskan, dengan semakin mudahnya akses keuangan bagi para pelaku usaha ultra mikro, maka kami tentu berharap memberikan dampak positif dari sisi sosial dan ekonomi masyarakat.

“Dari sisi BRI, Pembentukan ekosistem ultra mikro akan memperkuat perjalanan BRI dalam mencapai aspirasi The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia and Champion of Financial Inclusion, dan terus memberikan value berkelanjutan bagi seluruh stakeholders,” ujar Aestika kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu.

BRI berkomitmen memperluas akses keuangan kepada masyarakat di seluruh pelosok Indonesia. Salah satu tantangan terbesar dalam mendekatkan akses keuangan kepada seluruh masyarakat di Indonesia yakni biaya operasional yang tinggi.

Sebab, dalam operasionalnya dibutuhkan sumber daya manusia yang banyak dan jaringan yang luas untuk memberikan pelayanan. Biaya tersebut dapat diefisienkan melalui digitalisasi yang dilakukan.

“Secara umum, BRI ingin melayani masyarakat sebanyak mungkin, dengan biaya semurah mungkin. Caranya yakni melalui digitalisasi bisnis proses. Hal ini akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi serta mempercepat akses perbankan kepada masyarakat,” tutur Aestika.

Ia menyatakan, holding ultra mikro terdiri dari BRI, Pegadaian, dan Permodalan Nasional Madani (PNM). Setiap entitas ini memiliki keunikan dan competitiveness yang berbeda.

BRI fokus pada individual financing, seperti melalui kredit usaha rakyat (KUR) Super Mikro, KUR Mikro dan Kupedes. Sedangkan Pegadaian fokus pada bisnis gadai dan PNM fokus pada group financing.

Perjalanan integrasi holding ultra mikro ini dimulai dengan fase empower di mana PNM. Melalui model bisnis group lending akan menyediakan program pemberdayaan kepada nasabah yang tidak layak (unfeasible) dan unbanked untuk menjadi pengusaha ultra mikro yang lebih independen.

“Selanjutnya, pada fase integrasi, saat nasabah PNM sudah menjadi layak atau feasible dengan kapasitas bisnis yang meningkat, dapat ditawarkan produk Ultra Mikro BRI dan Pegadaian,” tambahnya.

Aestika menyebut tujuan akhir dari integrated journey dalam ekosistem ultra mikro ada pada fase peningkatan oleh BRI. Harapannya, nasabah UMi telah berkembang menjadi pengusaha dengan kapasitas bisnis yang lebih matang dan siap naik kelas ke segmen mikro.

“Hingga akhir kuartal III 2022 tercatat jumlah nasabah ultra mikro yang berhasil diintegrasikan dari 3 entitas mencapai 26,3 juta nasabah dengan total outstanding mencapai Rp.238,6 triliun. Sementara itu tercatat 6,9 juta nasabah penabung baru UMi dan 47.000 nasabah Mekaar yang jadi Agen BRILink. Khusus untuk co-location, tercatat lebih dari 1.000 lokasi di Indonesia,” katanya.

Untuk Pegadaian, hingga akhir Kuartal III 2022 memiliki asset senilai Rp 69,40 triliun dan pinjaman mencapai Rp 55,94 trilliun. Sementara untuk PNM, hingga akhir Kuartal III 2022 memiliki aset senilai Rp 46,05 triliun dan pinjaman mencapai Rp 40,6 triliun.

Baca Juga: Bank Masih Harus Keja Lebih Keras Mengejar Target Kredit UMKM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×