Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski hanya terdiri dari empat entitas, Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) mampu mendominasi pangsa pasar kredit nasional. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan kredit nasional naik 5,24% yoy dari Rp 5.482 triliun menjadi Rp 5.769 triliun sepanjang 2021.
Dari jumlah kredit itu, hampir separuhnya disumbangkan dari jajaran bank pelat merah. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk secara konsolidasi mampu mencatatkan kredit senilai Rp 1.050,16 triliun di sepanjang 2021. Nilai itu tumbuh 8,86% year on year (yoy) dibandingkan 2020 sebesar Rp 964,72 triliun.
Lalu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk berhasil menyalurkan kredit senilai Rp 582,43 triliun sepanjang 2021. Nilai ini tumbuh 5,3% yoy dari posisi yang sama 2020 sebesar Rp 553,1 triliun.
Sedangkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Tabungan Negara Indonesia (Persero) Tbk belum merilis kinerja sepanjang 2021. Namun, per November 2021, BRI (bank only) telah mengucurkan pertumbuhan kredit 8,84% yoy dari Rp 874,58 triliun menjadi Rp 951,98 triliun.
Sedangkan BTN telah menyalurkan kredit senilai Rp 273,46 triliun hingga sebelas bulan pertama 2021. Nilai itu tumbuh 5,84% yoy dibandingkan November 2020 sebesar Rp 258,35 triliun.
Baca Juga: Kredit Bank Mandiri dan BRI Tembus Rp 1.000 Triliun di 2021
Kendati demikian, Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan secara konsolidasi, kredit BRI tembus Rp 1.026,42 triliun pada akhir September 2021. Penyaluran kredit BRI didominasi oleh segmen UMKM dengan porsi mencapai 82,67%.
BRI menargetkan kredit di tahun ini bisa tumbuh di kisaran 8% hingga 10% yoy.
“Adapun sektor yang memiliki peluang atau prospek tinggi untuk terus tumbuh di tahun ini diantaranya pertanian, pangan dan kesehatan,” kata Aestika kepada Kontan.co.id.
Sedangkan Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyatakan kredit korporasi masih menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan kredit dengan realisasi mencapai Rp 370 triliun atau tumbuh sebesar 8% yoy secara konsolidasi.
“Sementara itu, kredit komersial mencatat pertumbuhan tertinggi di tahun 2021 sebesar 9,7% secara yoy menjadi sebesar Rp 174 triliun,” ujar Darmawan secara virtual, Kamis (27/1).
Sedangkan penyaluran kredit UMKM Bank Mandiri naik signifikan sebesar 15% secara tahunan dengan nilai realisasi menembus Rp 103,5 triliun. Realisasi penyaluran KUR Bank Mandiri berhasil memenuhi target yang dipatok oleh pemerintah pada tahun 2021 sebesar Rp 35 triliun kepada lebih dari 371.000 debitur.
Bank Mandiri menargetkan bisa mencatat pertumbuhan kredit di atas 8% sepanjang 2022. Fokusnya kepada sektor-sektor yang sudah dibiayai dan sektor yang mulai pulih.
Bank Mandiri melihat peluang di infrastruktur, energi, telekomunikasi, dan energi baru terbarukan. Begitupun dengan di sektor konsumer seperti properti dan rumah.
Tak hanya kepada nasabah yang sudah ada, Bank Mandiri juga optimalkan jaringan wilayah guna mengoptimalkan potensi di masing-masing wilayah. Termasuk membidik potensi pada transaksi ecommerce lewat berbagai inisiatif digitalisasi.
Baca Juga: Tancap Gas, Laba Bank Mandiri 2021 Melesat 66,8%
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyebut pendorong utama kredit selama tahun 2021 adalah penyaluran di sektor Business Banking terutama pembiayaan ke segmen Korporasi Swasta yang tumbuh 7,6% yoy menjadi Rp 180,4 triliun.
Sedangkan segmen Large Commercial yang tumbuh 10,4% yoy menjadi Rp 40,9 triliun. Adapun segmen kecil juga tumbuh 12,9% yoy dengan nilai kredit Rp 95,8 triliun. Secara keseluruhan kredit di sektor Business Banking ini tumbuh 4,5% yoy menjadi Rp 482,4 triliun.
Sementara di sektor konsumer, kredit terbesar yang tumbuh adalah kredit payroll, yaitu naik 18,3% yoy menjadi Rp 35,8 triliun; kemudian kredit kepemilikan rumah (mortgage) tumbuh 7,7% yoy menjadi Rp 49,6 triliun. Secara keseluruhan kredit konsumer tumbuh 10,1% yoy menjadi Rp 99 triliun.
Royke Tumilaar menyatakan kredit akan tumbuh lebih agresif di kisaran 7% hingga 10% yoy sepanjang tahun ini. "
Strategi dengan banyak mengubah proses bisnis secara digital dan memperkuat manajemen risiko. Sektor yang prospektif banyak sekali, mulai banyak projek seperti pembangunan ibu kota baru, hilirisasi, pengolahan, serta keharusan pengolahan komoditi mentah di dalam negeri," ujar Royke.
Selain itu, ia melihat sektor pertanian, logistik, dan kesehatan bisa diandalkan. Terlebih, pandemi akan mendorong perbaikan pada sistem kesehatan Indonesia. Begitupun dengan sektor properti yang akan mendapat angin segar dari pertumbuhan ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News