Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Penerapan kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mematok batas atas alias capping suku bunga deposito sejak 1 Oktober 2014, mulai berefek pada penurunan simpanan deposito di industri perbankan. Pertumbuhan simpanan dana mahal pada Oktober sampai dengan November 2014, berada pada level di bawah 1%.
Berdasarkan data OJK, dana deposito yang ada dikelola industri perbankan per November 2014 berjumlah Rp 1.904,58 triliun. Angka ini tumbuh sebesar 0,69% jika dibandingkan dengan pertumbuhan deposito pada Oktober 2014 yang sebesar Rp 1.891,60 triliun.
Simpanan dana mahal per Oktober 2014 ini pun hanya mengalami pertumbuhan sebesar 0,98% secara bulanan jika dibandingkan sejak penetapan kebijakan capping bunga deposito pada September 2014. Per September 2014, dana deposito yang ada pada bank umum sejumlah Rp 1.873,22 triliun.
Secara bulanan, pertumbuhan dana deposito terjadi pada September 2014 yang mencapai 2,89%. Berdasarkan data OJK, sejak April 2014 sampai dengan September 2014, rata-rata pertumbuhan dana deposito setiap bulannya mencapai 2,1%.
Per April 2014, pertumbuhan deposito di perbankan umum 1,90%. Pada Mei 2014, pertumbuhan deposito industri perbankan berada pada level 2,33%. Sedangkan pada Juni 2014, pertumbuhan deposito sebesar 1,85%. Pada Juli pertumbuhan dana mahal industri perbankan pada posisi 1,61%. Sementara itu, pada Agustus 2014 pertumbuhan deposito perbankan sebesar 2,06% dan puncaknya pada September 2014, pertumbuhan dana mahal industri perbankan mencapai 2,89%.
"Sejauh ini umumnya dampak dari kebijakan capping bunga deposito berjalan dengan baik. Secara total, dana pihak ketiga masih terus meningkat. Kalaupun deposito mengalami penurunan di satu atau dua bank, pada dasarnya beralih ke casa yaitu ke tabungan dan giro. Hal ini malah lebih bagus bagi bank karena dana mahal beralih ke dana murah," ungkap Nelson kepada KONTAN, Kamis (8/1) kemarin.
Nelson bilang, penurunan pengelolaan deposito yang direview oleh OJK dilakukan pada perbankan dengan kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 3 dan 4, yang memiliki modal antara Rp 5 triliun-Rp 30 triliun dan di atas Rp 30 triliun. Bank kategori jumbo itu di review OJK lantaran merupakan market leader pada industri perbankan.
Per November 2014, dana giro yang dikelola bank umum mencapai Rp 933,14 triliun. Secara bulanan, angka ini tumbuh 1,57% dibandingkan giro pada Oktober 2014 yang sebesar Rp 918,69 triliun. Sementara itu, untuk dana kelolaan tabungan di industri perbankan, secara bulanan hanya tumbuh sebesar 1,32% per November 2014 yaitu mencapai Rp 1.216,94 triliun. Per Oktober 2014, pertumbuhan dana murah bahkan sempat menyentuh angka minus 0,38% yaitu sebesar Rp 1.201,05 triliun jika dibandingkan dengan posisi tabungan per September 2014 yang sebesar Rp 1.205,60 triliun.
"Pada dasarnya memang porsi deposito sudah lebih besar dibanding current account and saving account. Jadi kalaupun ada penurunan untuk posisi November pada deposito, tetap jumlah deposito masih lebih besar ketimbang tabungan dan giro," jelas Nelson.
Sampai dengan akhir tahun 2014, kata Nelson, dana pihak ketiga masih tumbuh. Secara total, posisi dana pihak ketiga per Desember 2014 secara tahunan atau year on year, diperkirakan masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit.
"Untuk bulan Desember, kelihatannya deposito masih akan tumbuh, namun memang melambat. Kelihatannya justru giro yang mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi," ucap Nelson.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News