Reporter: Christine Novita Nababan, Adisti Dini Indreswari |
JAKARTA. Pembiayaan alat berat masih membukukan kinerja positif di awal tahun ini. Padahal, sektor ini sempat terguncang karena penurunan pasokan akibat gempa dan tsunami Jepang awal Maret 2011 lalu. Pertumbuhan ini berpotensi melambat di periode mendatang.
PT BFI Finance, salah satu pemain bisnis pembiayaan alat berat, mencatat, di kuartal I-2011 kredit sewa guna usaha alat berat sebesar
Rp 730,64 miliar. Jumlah ini tumbuh 20,45% dibandingkan pencapaian pada periode yang sama tahun 2010. "Permintaan pembiayaan masih tinggi," kata Cornellius Henry, Direktur BFI Finance, Senin (23/5).
Cornellius mengakui, bencana alam di Jepang memang mempengaruhi pembiayaan alat berat di Indonesia. Maklum, sebagian besar pasokan alat berat di Indonesia berasal dari Jepang. "Tapi, tidak semuanya dari Jepang," kata Cornellius.
BFI Finance juga membiayai alat berat non-Jepang, seperti Korea dan Swedia. "Pasokan kami bisa mencukupi permintaan hingga tahun 2012 mendatang," jelas Cornellius.
Herman Lesmana, Direktur Pemasaran Buana Finance, mengakui kinerja pembiayaan alat berat yang apik turut mendongkrak pencapaian kinerja mereka di kuartal I-2011. Buana Finance mengaku menyalurkan total kredit Rp 550 miliar, tumbuh 66%. Atas kinerja itu, perusahaan berhasil mengantongi laba bersih
Rp 22,3 miliar, tumbuh 85%.
Sebagian besar pembiayaan itu berasal dari sewa guna usaha alat berat, yakni sekitar Rp 385 miliar, sisanya dari kredit konsumen. "Sebanyak 21 kantor cabang kami memberi kontribusi positif," kata Herman.
Ia menambahkan, permintaan alat berat semakin banyak di tahun ini. Penyebabnya, industri komoditas sedang bergairah. "Terutama di sektor pertambangan. Antara 60%-65% pembiayaan alat berat berat kami berasal dari sektor pertambangan," jelas Herman. Sisanya, berasal dari sektor perkebunan dan kehutanan.
Tahun ini, Buana Finance menargetkan total pembiayaan sekitar Rp 2 triliun. Rinciannya, Rp 1,2 triliun berasal dari sewa guna usaha alat berat dan Rp 800 miliar dari pembiayaan konsumen. "Ke depan, kami mengandalkan alat berat dari Korea dan China, karena pasca bencana Jepang, pasokan bakal tersendat di bulan Juni hingga September nanti," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News