Reporter: Ferry Saputra | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat secara umum rata-rata kupon penerbitan surat utang multifinance menunjukkan penurunan per Juli 2025, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama untuk tenor 1 tahun.
Berdasarkan data Pefindo, tenor 1 tahun untuk peringkat AA per Juli 2024 sebesar 6,7%, sedangkan per Juli 2025 sebesar 6,68%. Untuk peringkat AA- per Juli 2024 sebesar 6,85%, sedangkan per Juli 2025 sebesar 6,45%.
Untuk peringkat AA+ per Juli 2024 sebesar 6,78%, sedangkan per Juli 2025 sebesar 6,48%. Untuk peringkat AAA per Juli 2024 sebesar 6,55%, sedangkan per Juli 2025 sebesar 6,37%.
Selanjutnya, tenor 3 tahun untuk peringkat AA per Juli 2024 sebesar 7,13%, sedangkan per Juli 2025 sebesar 7,53%. Untuk peringkat AA- per Juli 2024 sebesar 7,15%, sedangkan per Juli 2025 sebesar 6,88%. Untuk peringkat AA+ per Juli 2024 sebesar 7,03%, sedangkan per Juli 2025 sebesar 6,88%.
Untuk peringkat AAA per Juli 2024 sebesar 6,84%, sedangkan per Juli 2025 sebesar 6,78%.
Baca Juga: Pefindo: Penerbitan Surat Utang Multifinance Capai Rp 25,03 Triliun per Juli 2025
Adapun tenor 5 tahun untuk peringkat AA per Juli 2024 sebesar 10%, sedangkan per Juli 2025 sebesar 9%. Untuk peringkat AA- per Juli 2024 sebesar 7,4%, sedangkan per Juli 2025 sebesar 7,1%. Untuk peringkat AAA per Juli 2024 sebesar 6,91%, sedangkan per Juli 2025 sebesar 6,93%.
Fixed Income Analyst Pefindo Ahmad Nasrudin menjelaskan ada sejumlah faktor yang membuat rata-rata kupon surat utang menurun.
Dia bilang, paling utama adalah akibat pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) menjadi 5% per Agustus 2025. Angkanya lebih rendah, jika dibandingkan dengan 6% pada akhir tahun lalu atau 6,25% per Agustus 2024.
"Pemangkasan suku bunga berdampak pada kupon surat utang karena pada dasarnya kupon surat utang korporasi sama dengan yield obligasi pemerintah plus premi," ungkapnya kepada Kontan, Jumat (22/8/2025).
Selain itu, Ahmad mengatakan, suku bunga BI yang lebih rendah mendukung perbaikan leverage keuangan dari para emiten, sebagai hasil dari kombinasi biaya dana yang lebih rendah serta perbaikan permintaan dan profitabilitas.
Sebagai hasilnya, dia menyebut premi yang diminta oleh investor juga tidak setinggi selama siklus suku bunga acuan tinggi.
Lebih lanjut, Ahmad menyampaikan ketika suku bunga BI turun, sebenarnya pasar surat utang dapat menjadi alternatif yang menarik untuk menggalang dana. Namun, dia menilai hal itu bukan menjadi salah satu faktor utama multifinance makin agresif dalam menerbitkan surat utang.
"Apakah akan agresif untuk menerbitkan surat utang? Saya mengira tidak sesederhana itu. Per Juli 2025, hanya ada 8 multifinance yang berencana menerbitkan surat utang ke depan dengan total nominal Rp 9,1 triliun," tuturnya.
Baca Juga: Pefindo Beri Peringkat idAAA dan Prospek Stabil Pada CGIF
Menurut Ahmad, ada dua alasan bahwa suku bunga BI yang turun tidak serta-merta memacu penerbitan surat utang secara agresif. Pertama, dia bilang pertumbuhan multifinance saat ini relatif melambat, sehingga kebutuhan untuk menggalang pendanaan juga tidak akan agresif.
"Jadi, mungkin penerbitan surat utang ke depan lebih banyak didominasi untuk pembiayaan kembali surat utang yang jatuh tempo," katanya.
Kedua, Ahmad menerangkan penyerapan pasar juga membatasi minat multifinance berperingkat rendah menerbitkan surat utang. Dengan prospek pertumbuhan yang melambat, dia menilai investor juga mungkin melihat ada risiko di industri multifinance.
Sebagai hasilnya, mereka atau investor mungkin hanya bersedia membeli surat utang dari perusahaan multifinance berperingkat tinggi. Situasi itu pada akhirnya memengaruhi minat perusahaan multifinance berperingkat rendah untuk menerbitkan surat utang. Hal itu juga tak terlepas dari adanya kekhawatiran terkait penyerapannya di pasar.
Dari sisi perusahaan multifinance, PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM Finance) telah menerbitkan Obligasi Berkelanjutan V WOM Finance Tahap II sebesar Rp 1,5 triliun per Juli 2025.
Mengenai kupon surat utang, Direktur Keuangan WOM Finance Cincin tak memungkiri bahwa rata-rata kupon obligasi mengalami penurunan.
"Hal tersebut sejalan dengan penurunan suku bunga acuan BI," ungkapnya kepada Kontan, Senin (25/8).
Sementara itu, PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) juga menyampaikan rata-rata kupon obligasi atau sukuk yang telah diterbitkan perusahaan saat ini menurun, seiring dengan penurunan suku bunga BI.
"Meskipun demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa rate kupon sukuk yang ditawarkan CNAF bagus atau stabil sesuai dengan kondisi market," ucap Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman kepada Kontan, Senin (25/8).
Baca Juga: Pefindo Siapkan Layanan Pemeringkatan Reksadana dan Manajer Investasi
Ristiawan mengungkapkan CNAF telah menerbitkan surat utang dengan nilai Rp 1,6 triliun per Juli 2025. Dia menyebut pada kuartal III-2025, CNAF telah menerbitkan SUKUK Wakalah Bi Al Itstitmar Berkelanjutan I Tahap III tahun 2025 sebesar Rp 1 triliun dengan hasil oversubcribe sebesar 5,4 kali.
CNAF berencana untuk kembali menerbitkan SUKUK Wakalah Bi Al Itstitmar Berkelanjutan I Tahap IV pada 2026, dengan nominal sebesar Rp 900 miliar. Dalam menerbitkan surat utang, Ristiawan menyampaikan CNAF akan tetap memperhatikan kondisi market agar mendapatkan imbal hasil yang kompetitif.
Sampai saat ini, dia menyebut pendanaan CNAF berasal dari berbagai sumber, yakni bilateral loan, joint financing bersama induk usaha Bank CIMB Niaga, dan penerbitan obligasi/sukuk.
"Tentunya CNAF akan tetap konsisten menggunakan berbagai macam strategi untuk mengelola sumber pendanaan agar dapat menerapkan suku bunga yang kompetitif kepada nasabah," kata Ristiawan.
Selanjutnya: Upaya Jaring Pemasukan dari Kadar Gula Minuman
Menarik Dibaca: Kelebihan Techno Spark Go, Daya Tahan Baterainya Paling Disukai Pengguna
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News