Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Bank BRI menyebut pelemahan rupiah yang terjadi belakangan, turut mempengaruhi jumlah penyaluran kredit dan tingkat kredit macet pada semester pertama tahun ini.
Namun perseroan mencatat, walaupun kredit dan NPL BRI mengalami kenaikan, nilainya tidak terlalu signifikan. Hal itu disebabkan karena komposisi kredit BRI lebih banyak di sektor UMKM yang tidak memiliki exposure valas.
Selain itu, menurut Direktur Keuangan Bank BRI, Haru Koesmahargyo tipe kredit BRI pada semester pertama lebih banyak bersinggungan dengan ekonomi domestik. Ditambah lagi porsi kredit valas BRI terhadap total kredit relatif kecil, hanya sekitar 10%.
“Sehingga diharapkan dampak pelemahan rupiah akan minimal,” ujar Haru kepada KONTAN, di Jakarta, Selasa, (28/07).
Terkait pelemahan rupiah ini, Haru menyebut efeknya tidak terlalu besar terhadap kondisi likuiditas baik dalam mata uang Dollar Amerika Serikat maupun rupiah. Hal ini disebabkan karena transaksi valas BRI masih relatif kecil dibandingkan dengan transaksi dalam mata uang garuda.
Jika dilihat dari rasio kredit terhadap DPK, terlihat nilainya masih di antara 85% sampai 90%, atau masih di bawah nilai rasio LDR yang dipatok Bank Indonesia yaitu 92%.
Sampai semester pertama ini, rasio LDR BRI tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini disebabkan karena kredit sudah mulai tumbuh dan karena strategi BRI untuk menurunkan bunga deposito.
Haru memprediksi sampai akhir tahun penyaluran kredit BRI tidak akan terlalu terganggu akibat melemahnya rupiah yang terjadi. “Karena kredit valas yang disalurkan BRI telah menggunakan prinsip natural hedging, yaitu debitur valas mempunyai aliran dana/pendapatan valas, maka diharapkan dampak pelemahan rupiah akan minimal,” ujarnya.
Secara umum Haru mengatakan karena tingginya ketergantungan industri ataupun bisnis di Indonesia dengan bahan baku import, maka pelemahan rupiah akan mempengaruhi pengusaha yang menggunakan banyak barang impor. Pelemahan Rupiah menurut Haru lebih berdampak secara tidak langsung kepada BRI melalui kualitas kredit terutama kepada nasabah-nasabah yang memiliki exposure valas.
Hal ini disebabkan posisi devisa Neto BRI secara umum adalah jumlah aset dollar lebih banyak dibandingkan dengan liabilitas. Sehingga posisi BRI kedepannya relatif aman terhadap pelemahan rupiah.
BRI menurut Haru akan menawarkan produk lindung nilai atau hedging bagi nasabah-nasabah BRI yang memiliki exposure valas BRI sehingga risiko nasabah dapat terjaga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News