kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pembiayaan alat berat belum sekarat


Rabu, 06 September 2017 / 08:00 WIB
Pembiayaan alat berat belum sekarat


Reporter: Dikky Setiawan, Tendi Mahadi | Editor: Bagus Marsudi

KONTAN.CO.ID - Membaiknya harga sejumlah komoditas memberi efek positif pada kinerja sejumlah sektor industri di dalam negeri. Salah satunya industri pembiayaan alat berat. Pada semester I 2017, permintaan kredit pembiayaan alat berat di tanah air mulai terus bergerak naik.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno, menyebutkan, selama enam bulan pertama tahun ini, permintaan pembiayaan alat berat mulai menunjukkan kenaikan. Meski tidak menyebut angka pastinya, ia memperkirakan, permintaan pembiayaan alat berat naik lebih dari 5% di paruh pertama 2017. “Pada akhir kuartal IV 2016, harga batubara dan kelapa sawit naik,” kata Suwandi, yang juga Direktur Utama PT Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL Finance) kepada Tabloid KONTAN, pekan lalu.

Suwandi tidak asal bicara. Sebagai bukti adanya pertumbuhan pembiayaan alat berat, ia memaparkan kinerja perusahaannya di semester pertama tahun ini. Pada periode tersebut, pembiayaan alat berat CSUL Finance sudah mencapai Rp 1 triliun atau melonjak 67% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.

Menurut Suwandi, dengan pencapaian sebesar itu, porsi pembiayaan alat berat CSUL Finance mencapai sekitar 65%. Selebihnya dikontribusi pembiayaan kendaraan roda empat dan modal kerja. “Selama ini, nasabah pembiayaan alat berat kami adalah kontraktor dan pemilik pertambangan, perkebunan, dan jalan,” imbuh dia.

Hingga akhir tahun ini, Suwandi menargetkan pembiayaan CSUL Finance ke sektor alat berat bisa mencapai Rp 1,6 triliun atau sekitar 65% dari total target pembiayaan perusahaan di sepanjang 2017 yang mencapai Rp 2,2 triliun. Untuk mencapai target tersebut, Suwandi mengklaim, pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi. Di antaranya, mengadakan pendekatan lebih kepada para diler alat berat dan membuat program menarik untuk debitur serta customer yang selama ini memiliki performa baik.

Berkah membaiknya pembiayaan alat berat juga dirasakan oleh PT Mandiri Tunas Finance (MTF). Pada semester I 2017, anak usaha Bank Mandiri ini membukukan pembiayaan sekitar Rp 9,75 triliun atau tumbuh 23,6% dari periode serupa tahun 2016. Jumlah ini setara 48% dari target tahunan yang dipasang perseroan sekitar Rp 20 triliun.

Dari total pembiayaan semester pertama, menurut Harjanto Tjitohardjojo, Direktur Mandiri Tunas Finance, kredit yang disalurkan ke alat berat berada di kisaran Rp 487 miliar. Angka ini melonjak tajam dibandingkan periode kuartal pertama tahun 2016 yang hanya Rp 158 miliar.

Harjanto bilang, pada tahun ini, pihaknya berniat menggenjot pembiayaan alat berat. Sebab, saat ini, porsi pembiayaan MTF yang mengalir ke sektor tersebut baru sekitar 5%. Selebihnya didominasi pembiayaan kendaraan bermotor.

Otomotif masih berat
Langkah itu sekaligus sebagai upaya perusahaan meminimalisir dampak dari tren pembiayaan kendaraan roda empat yang saat ini belum membaik. Permintaan kendaraan roda empat masih cukup berat seiring daya beli masyarakat kian terbatas.

Namun, MTF masih mencermati perkembangan yang terjadi saat ini. Selain itu, MTF akan fokus pada nasabah lama (existing) dari induk usaha mereka yakni Bank Mandiri. “Kami belum tahu apakah tren ini (pertumbuhan bisnis industri komoditas) akan berlangsung cukup lama atau justru hanya sesaat saja,” papar Harjanto.  

Harjanto berharap, pembiayaan alat berat mampu memberikan kontribusi terhadap target perusahaan di tahun ini. Untuk itu, MTF menargetkan mampu menjaring 2.000 surat pemesanan kendaraan (SPK). Singkatnya, kata dia, pada sisa tahun ini, MTF akan menggenjot pembiayaan per bulan sebesar Rp 2 triliun untuk mencapai target.

Menggeliatnya bisnis sektor komoditas juga menjadi perhatian PT BFI Finance Indonesia Tbk. Hingga semester pertama tahun ini, BFI Finance mencatat pembiayaan ke sektor alat berat sebesar Rp 790 miliar atau tumbuh 40% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. “Porsi pembiayaan alat berat terhadap total pembiayaan perusahaan sekitar 12%,” kata Sudjono, Direktur Keuangan BFI Finance kepada Tabloid KONTAN.

Sudjono menambahkan, pembiayaan produk kendaraan roda empat bekas masih menjadi kontributor utama pembiayaan baru BFI Finance, yakni sebesar 71%. Asal Anda tahu, pada semester I 2017, BFI Finance berhasil menyalurkan pembiayaan baru Rp 6,7 triliun. Angka ini tumbuh 30% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 5,2 triliun.

Alhasil, piutang pembiayaan yang dikelola perusahaan (managed receivables) tumbuh 15% menjadi Rp 14,5 triliun pada akhir Juni 2017 dibandingkan Rp 12,6 triliun periode di 2016.

Dus, pada paruh pertama tahun ini, BFI Finance menorehkan kinerja positif. Laba BFI Finance per Juni mencapai Rp 526 miliar atau naik 55% secara year on year dari Rp 340 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Salah satu pendorong pertumbuhan laba karena pendapatan bersih naik menjadi Rp 1,4 triliun per Juni 2017 dibanding Rp 1,1 triliun (Juni 2016).

Hingga akhir tahun ini, BFI Finance Indonesia menargetkan pertumbuhan pembiayaan berkisar 10%–15% dibandingkan tahun lalu. Pada 2016, perusahaan telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 10,5 triliun.

Demi mengejar target tersebut, BFI Finance akan memperkuat infrastruktur, termasuk jaringan usaha untuk dapat meningkatkan pelayanan terhadap nasabah dan mitra usaha (dealer). Hingga Juni 2017, BFI Finance telah mengoperasikan 316 outlet di seluruh Indonesia. Dengan persentase penambahan outlet terbesar 52% di wilayah Jawa dan Bali, selebihnya di Sumatra, Sulawesi, dan kawasan Indonesia Timur.

Kenaikan harga komoditas juga akan dimanfaatkan PT Buana Finance untuk mendongkrak pembiayaan alat berat. Di sepanjang tahun ini, Buana Finance membidik pembiayaan alat berat sebesar Rp 1 triliun.

Porsi tersebut memang lebih kecil dibandingkan target pembiayaan Buana Finance ke sektor konsumer di tahun ini yang mencapai Rp 4 triliun. Herman Lesmana, Direktur Buana Finance menjelaskan, tahun ini, perusahaannya lebih fokus pada penyaluran pembiayaan ke sektor otomotif, terutama mobil bekas. Alasannya, pasar otomotif dinilai lebih baik dibandingkan alat berat. Sepanjang 2017, perusahaan ini menargetkan pembiayaan Rp 5 triliun, naik 92,3% dari tahun lalu.

Catatan saja, sampai kuartal pertama tahun ini, Buana Finance telah menyalurkan pembiayaan alat berat Rp 350 miliar. Dibandingkan realisasi di tahun 2016, pembiayaan alat berat itu meningkat sekitar 30%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×