Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren positif masih terus dilakukan PT Radana Bhaskara Finance Tbk. (Radana Finance) hingga kuartal I-2022, dimana perusahaan mencatatkan pembiayaan baru sebesar Rp 354 miliar atau tumbuh 74,38% yoy.
Akhir tahun 2021, pembiayaan baru yang disalurkan perusahaan mencapai Rp 1,5 triliun. Angka tersebut mengalami kenaikan yang signifikan yaitu bisa sekitar 255% dari tahun sebelumnya.
“Kemarin kita Rp 1,5 triliun dan di tahun ini kita menargetkan sekitar Rp 2 triliun,” ujar Direktur Radana Finance Rizalsyah Riezky dalam public expose, Kamis (23/6).
Rizalsyah pun bilang pencapaian ini di antaranya berkat langkah Radana Finance dalam melakukan turnaround bisnis dari pembiayaan konsumtif ke pembiayaan produktif. Didukung kondisi makro yang membuat pembiayaan investasi dan produktif yang secara industri juga meningkat.
Baca Juga: Adira Finance Targetkan Pembiayaan Motor Listrik Bisa Naik 100% Pada Tahun 2022
Radana Finance juga mampu membalikkan kerugian yang didapat tahun sebelumnya menjadi untung Rp 35 miliar pada 2021. Adapun, perusahaan mencatatkan kerugian 3 tahun sebelumnya dengan terakhir di 2020 rugi Rp 84 miliar.
Sementara itu, ekuitas perusahaan juga meningkat 24% menjadi Rp 629 miliar di akhir 2021 dari sebelumnya Rp 507 miliar di tahun 2020. Selanjutnya, pada kuartal 1/2022 ekuitas Radana Finance berada di angka Rp 638 miliar atau naik 24% yoy
Selama tahun 2021, perusahaan memperoleh funding dari perbankan sebesar Rp 705 miliar serta adanya Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD), dimana perseroan memperoleh tambahan modal sebesar Rp 89 miliar sehingga memperkuat struktur modal perseroan.
“Sedangkan, sampai dengan periode kuartal 1/2022 perusahaan memperoleh tambahan fasilitas pinjaman baru sebesar Rp 200 miliar,” ujarnya.
Direktur Bisnis Radana Finance Milokevin Wendiady menambahkan bahwa kondisi yang belum stabil bisa menjadi tantangan dalam pertumbuhan perusahaan tahun ini. Salah satunya masalah geopolitik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia yang membuat kondisi ekonomi tidak stabil.
Baca Juga: Peluang Mulai Terbuka, Multifinance Garap Segmen Kendaraan Listrik
Meskipun, ia bilang perang tersebut memberi keuntungan karena kebutuhan batubara naik akibat negara-negara Eropa mengalami krisis energi. Sehingga, produksi batubara pun bisa mempengaruhi kebutuhan alat berat.
“Mau nggak mau, ini mendukung orang untuk memproduksi lebih banyak dan membutuhkan pembiayaan investasi,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News