Reporter: Ferry Saputra | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran pembiayaan fintech peer to peer (P2P) lending tercatat melambat berturut-turut sejak dua bulan terakhir.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pembiayaan fintech tumbuh 29,01% Year on Year (YoY) per April 2025. Angkanya melambat menjadi 27,93% YoY per Mei 2025, kemudian melambat lagi menjadi 25,06% per Juni 2025 dengan nilai mencapai Rp 83,52 triliun.
Mengenai hal itu, Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Entjik Djafar menyebut perlambatan itu dipicu adanya beberapa platform fintech lending yang memang lebih selektif untuk menyalurkan pembiayaan kepada calon borrower. Hal itu disebabkan adanya kekhawatiran dari fintech lending mengenai isu gagal bayar yang sedang marak.
Baca Juga: 11 Fintech P2P Lending Belum Penuhi Ketentuan Ekuitas Rp 12,5 Miliar
"Dengan demikian, saat ini penyelenggara memperkuat pada analisis kelayakan kredit, sehingga penyaringan calon borrower lebih ketat," katanya kepada Kontan, Selasa (5/8).
Entjik menerangkan upaya yang selektif itu juga menjadi salah satu langkah penguatan dari penyelenggara fintech lending guna menekan tingkat kredit macet lebih rendah lagi.
Alhasil, berdasarkan data OJK, tingkat risiko kredit macet secara agregat atau TWP90 fintech P2P lending per Juni 2025 tercatat membaik. TWP90 per Juni 2025 tercatat sebesar 2,85% atau membaik, jika dibandingkan posisi per Mei 2025 yang sebesar 3,19%. Adapun pencapaian TWP90 per Mei 2025 tersebut masih berada di batas aman ketentuan OJK, yakni tidak melebihi 5%.
Meski mencatatkan perlambatan pembiayaan belakangan ini, Entjik optimistis pembiayaan industri fintech lending masih akan tetap tumbuh. Namun, dia bilang ada potensi pertumbuhannya tidak akan begitu besar, tetapi dengan tingkat kredit macet yang terjaga.
Selanjutnya: Ini Alasan Label Gizi Penting dalam Memilih Makanan Sehat
Menarik Dibaca: Ini Alasan Label Gizi Penting dalam Memilih Makanan Sehat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News