Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis pembiayaan bank syariah tetap tumbuh meski pandemi masih menghantui perekonomian Indonesia. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum syariah dan unit usaha syariah bank konvensional tumbuh 7,25% year on year (yoy) dari Rp 368,23 triliun menjadi Rp 394,94 triliun di semester 1-2021.
Moncernya pembiayaan membuat aset bank syariah melonjak menjadi Rp 616,19 triliun per Juni 2021. Nilai itu tumbuh 15,87% yoy dibandingkan posisi yang sama tahun lalu senilai Rp 531,78 triliun di Juni 2020.
Hingga saat ini, PT Bank Syariah Indonesia Tbk keluar menguasai pangsa pasar industri perbankan syariah. Maklum, BSI merupakan merger dari Mandiri Syariah, BNI Syariah, dan BRI Syariah.
BSI optimistis kinerjanya bisa tumbuh sepanjang 2021. Direktur Utama BSI Hery Gunardi bilang BSI akan mengoptimalkan dari sisi pendapatan dan mengelola biaya yang timbul.
Baca Juga: Tak mau ketinggalan tren digital, perbankan syariah siapkan layanan SuperApp
“Beberapa segmen pembiayaan seperti konsumer, UMKM dan komersial diperkirakan berpeluang tumbuh sampai akhir tahun. Pertumbuhan pembiayaan di tengah kondisi saat ini kami proyeksikan tumbuh satu digit sedangkan untuk pertumbuhan dana tidak jauh dari pertumbuhan pembiayaan,” ujar Hery kepada Kontan.co.id belum lama ini
Ia menambahkan, fokus strategi BSI di paruh kedua tahun ini akan melakukan integrasi operasional pasca merger. Lalu mendorong pertumbuhan bisnis yang sehat dan sustain memanage efisiensi dan akselerasi kapasitas digital.
BSI berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 1,48 triliun pada Juni 2021, naik 34,29% secara year on year (yoy) dibandingkan Juni 2020 yang senilai Rp 1,1 triliun.
Sedangkan dari sisi bisnis, pada semester I-2021 bank syariah milik Himbara itu telah menyalurkan pembiayaan hingga Rp 161,5 triliun. Jumlah tersebut naik sekitar 11,73% dari periode yang sama pada 2020 yang sebesar Rp 144,5 triliun.
Porsi terbesar disumbangkan segmen konsumer yang mencapai Rp 75 triliun atau setara 46,5% dari total pembiayaan. Adapun segmen korporasi sebesar Rp 36,7 triliun atau sekitar 22,8%. Kemudian segmen UMKM yang mencapai Rp 36,8 triliun setara 22,9% dan sisanya segmen komersial Rp 10 triliun atau sekitar 6,2%.
Sedangkan dari sisi liabilitas, penghimpunan DPK BSI sampai semester I-2021 mencapai Rp 216,36 triliun, naik 16,03% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020 yang sebesar Rp 186,49 triliun.
Pertumbuhan tersebut didominasi oleh peningkatan dana murah melalui layanan jasa keuangan giro dan tabungan yang sebesar 54,81% dari total DPK. Hal itu menurunkan biaya dana atau cost of fund dari 2,78% pada semester I 2020 menjadi 2,14% pada paruh pertama tahun ini.
Dengan kinerja tersebut BSI berhasil mencatatkan total aset sebesar Rp 247,3 triliun hingga Juni 2021. Torehan itu naik sekitar 15,16% secara yoy. Pada periode yang sama tahun lalu total aset BSI mencapai Rp 214,7 triliun.
Sedangkan PT Bank BCA Syariah bakal mengejar pertumbuhan aset 5% hingga 10% sepanjang 2021. Direktur BCA Syariah Rickyadi Widjaja menyatakan pertumbuhan aset itu akan diperoleh dari penyaluran pembiayaan dan penempatan dana bank di surat berharga.
“Pembiayaan sampai akhir tahun kita tidak jauh-jauh, karena pandemi pada Juli lalu cukup berat, karena adanya PPKM yang terus diperpanjang. Sangat pengaruhi target pemberian pembiayaan baru di Juli dan Agustus 2021,” ujar Ricky kepada Kontan.co.id, Kamis (2/9).
Ia memproyeksi pembiayaan BCA Syariah bisa mencapai Rp 5,9 triliun atau tumbuh 3% hingga 5% year on year (yoy) sepanjang 2021. Ia berharap, permintaan pembiayaan kembali menggeliat di kuartal keempat seiring dengan kasus Covid-19 bisa terkendali dan ekonomi kembali berputar.
Ia melihat sektor pembiayaan yang masih bisa diandalkan dari industri perkebunan dan sawit seiring kenaikan harga CPO. Lalu pembiayaan kepada multifinance, logistik dan transportasi, farmasi, makanan dan minuman, hingga industri kertas dan tisu.
“Pertumbuhan aset lebih tinggi dari pembiayaan, karena kita tetap kumpulkan Dana Pihak Ketiga (DPK). Kita utamanya, di dana murah current account and saving account (CASA). Kalau kita tidak bisa berikan ke pembiayaan, kita berikan ke secondary reserve seperti SBSN (sukuk),” paparnya.
Baca Juga: Aset Bank BRI (BBRI) berpotensi tumbuh kencang usai rights issue
Ia melihat pertumbuhan laba akan mengikuti pertumbuhan pembiayaan. Lantaran bank BUKU II hanya bisa mengandalkan bisnis pembiayaan. Sedangkan pendapatan berbasis komisi lebih dominan diperoleh oleh bank BUKU IV.
Asal tahu saja, laba bersih BCA Syariah yang tumbuh 23,08% yoy seiring dengan tumbuhnya pembiayaan perusahaan. Per Juni 2021, BCA Syariah mencatatkan laba bersih sebesar Rp 34,4 miliar.
Sedangkan pada periode yang sama tahun 2020, laba bersih perusahaan hanya Rp 28 miliar. Laba sebelum pajak tercatat Rp 44,2 miliar, naik 18,3% dibandingkan dengan tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 37,3 miliar.
Sementara pembiayaan BCA Syariah sampai dengan Juni 2021 juga menunjukkan pertumbuhan kendati menghadapi tantangan perlambatan ekonomi serta masih rendahnya permintaan pembiayaan untuk ekspansi usaha dalam masa pandemi. Pembiayaan BCA Syariah per Juni 2021 tercatat sebesar Rp 5,9 triliun, tumbuh 3,5% yoy
Dalam melaksanakan fungsi intermediasi, penyaluran pembiayaan BCA Syariah masih difokuskan pada sektor produktif diantaranya sektor industri pengolahan, perdagangan dan proyek-proyek infrastruktur strategis pemerintah.
Adapun, Unit usaha Syariah PT Bank Permata Tbk (BNLI) optimis kinerja di sepanjang 2021 moncer. Direktur Bank Permata Syariah Herwin Bustaman memproyeksi pembiayaan bisa tumbuh dobel digit sepanjang 2021.
“Kami terus fokus kepada pembiayaan untuk nasabah-nasabah korporasi khususnya BUMN dan ritel melalui KPR iB. Sampai dengan Juni 21, kami sudah tumbuh 6% dibandingkan Desember 2020, dengan kontribusi terbesar dari ritel dan korporasi,” ujar Herwin kepada Kontan.co.id pada Kamis (2/9.
Guna mendukung pembiayaan tersebut, Herwin bilang dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 11% secara year on year (yoy). Pertumbuhan pembiayaan dan DPK tersebut membuat, total aset UUS Bank Permata naik 5% yoy.
Asal tahu saja, UUS Bank Permata berhasil menyalurkan pembiayaan Rp 15,50 triliun per Juni 2021. Nilai itu tumbuh 8,32% yoy dibandingkan Juni 2020 senilai Rp 14,31 triliun.
Hingga Juni 2021, UUS Bank Permata tercatat senilai Rp 268,62 miliar. Nilai itu tumbuh 18,93% yoy dari posisi yang sama tahun lalu senilai Rp 225,86 miliar di Juni 2020.
Tak mau kalah, Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga Syariah) membukukan perolehan laba sebesar Rp 851 miliar pada semester pertama tahun 2021, naik 35% secara year on year (yoy). Pertumbuhan laba tersebut utamanya dikontribusi oleh penyaluran pembiayaan sebesar Rp 33,1 triliun, yang diantaranya berasal dari segmen consumer banking seperti mortgage, auto, dan personal financing.
Baca Juga: Bisnis syariah multifinance mulai menunjukkan perbaikan
Adapun dari sisi pendanaan, per 30 Juni 2021, CIMB Niaga Syariah berhasil menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 37,1 triliun atau tumbuh 15% yoy. Raihan DPK itu ditopang oleh dana murah dengan rasio current account and saving account (CASA) mencapai 52%.
Pada semester pertama 2021, CIMB Niaga Syariah dapat menambah aset menjadi Rp 47,9 triliun. Hal ini sekaligus mempertahankan posisi CIMB Niaga Syariah sebagai UUS terbesar di Indonesia.
Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara mengatakan, hasil positif pada enam bulan pertama 2021 memberikan optimisme untuk terus meningkatkan kinerja pada semester berikutnya.
“Kami bersyukur bisa menjaga kinerja yang baik meski dalam situasi yang masih menantang akibat pandemi Covid-19. Ini membuktikan, strategi kami untuk menyesuaikan fokus pertumbuhan pembiayaan dan profitabilitas sejak pertengahan tahun lalu berjalan dengan baik,” kata secara virtual.
Menurut Pandji, setidaknya terdapat empat strategi CIMB Niaga Syariah untuk mendorong pertumbuhan hingga akhir tahun. Pertama, meningkatkan portofolio dana murah. Kedua, mengarahkan penyaluran pembiayaan ke segmen consumer banking dan usaha kecil menengah (UKM) atau emerging business banking.
Ketiga, mengembangkan ekosistem komunitas dan partner-partner komunitas CIMB Niaga Syariah. Keempat, mengembangkan produk-produk dengan kekhususan syariah.
Selanjutnya: BI terbitkan ketentuan Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News