Reporter: Ferrika Sari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan pembiayaan multifinance melambat menjelang akhir tahun 2019. Kondisi tersebut diperkirakan akan berlanjut sampai akhir tahun dan membuat pemain multifinance pasang target konservatif.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno memperkirakan pertumbuhan pembiayaan multifinance tidak bergerak di posisi 3% hingga 3,5% di akhir tahun.
Hal itu sudah terasa dari realisasi pembiayaan per September 2019 hanya tumbuh 3,53% menjadi Rp 451,11 triliun.
Baca Juga: NIM multifinance terjaga di 5-6% di tengah penurunan suku bunga
“Tadinya kami kira bisa tumbuh 4%-5% tapi itu sudah agak berat karena cukup statis,” kata Suwandi di Jakarta, pekan lalu.
Perlambatan pembiayaan tersebut disebabkan oleh penurunan penjualan mobil dan alat berat di tahun ini. Seperti diketahui, pembiayaan kendaraan berkontribusi 60%-65% terhadap total pembiayaan multifinance.
Meski turun, masih ada potensi pembiayaan dana tunai yang bisa digarap. Sebab, produk pembiayaan ini mempunyai potensi yang cukup besar sehingga dapat meningkatkan pembiayaan di sektor konsumtif seperti biaya pendidikan, biaya renovasi kesehatan dan biaya perjalanan.
Baca Juga: OJK atur perusahaan pembiayaan di sektor ketenagalistrikan dan pelayaran
Tantangnya, dana tunai hanya bisa diberikan kepada nasabah yang mempunyai jejak rekam kredit bagus. Semenjak adanya Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) April 2019 lalu, pemain multifinance tidak bisa sembarang lagi memberikan kredit terhadap nasabah bermasalah.