kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemegang saham merestui merger BTPN dengan Bank Sumitomo Mitsui


Jumat, 05 Oktober 2018 / 18:10 WIB
Pemegang saham merestui merger BTPN dengan Bank Sumitomo Mitsui
ILUSTRASI. Logo Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN)


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana merger PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) makin mulus. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BTPN memberikan persetujuan atas rancangan penggabungan usaha tersebut.

RUPSLB juga menyetujui perubahan dewan komisaris dan direksi BTPN, serta perubahan anggaran dasar BTPN.

“Manajemen akan menyampaikan hasil RUPSLB ini kepada regulator sebagai bagian dari proses mendapatkan izin penggabungan usaha. Selain itu, meski RUPSLB telah menyetujui perubahan pengurus bank, namun dipastikan tidak akan mengganggu proses bisnis di perusahaan karena manajemen saat ini tetap menjalankan tugasnya hingga tanggal efektif penggabungan,” ujar Direktur Kepatuhan BTPN Anika Faisal saat ditemui di Jakarta, Jumat (5/10).

Sebelumnya, BTPN dan SMBCI telah mempublikasikan ringkasan rancangan penggabungan usaha pada 2 Agustus serta tambahan informasi pada 3 September 2018 dan 3 Oktober 2018.

BTPN dan SMBCI memiliki pemegang saham pengendali yang sama yakni Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) dengan porsi kepemilikan saat ini masing-masing 40% dan 98,48%. SMBC sendiri adalah anak perusahaan yang dimiliki penuh oleh Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG).

Adapun, untuk susunan Dewan Komisaris dan Direksi BTPN, RUPSLB menetapkan Mari Elka Pangestu tetap menjabat sebagai Komisaris Utama (Independen), sedangkan Ongki Wanadjati Dana ditetapkan sebagai Direktur Utama BTPN menggantikan Jerry Ng. Susunan pengurus bank hasil penggabungan ini tentu mengacu kepada persetujuan regulator melalui uji penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test).

"Untuk perubahan anggaran dasar, pemegang saham sepakat untuk mempertahankan nama BTPN. Bisnis bank hasil penggabungan ini nantinya bakal lebih lengkap dengan produk-produk yang semakin variatif dan mengedepankan inovasi teknologi," kata Anika.

Selain itu, BTPN akan melayani mulai dari piramida bisnis paling bawah seperti BTPN Wow! yang melayani jutaan nasabah melalui agen/perwakilan bank, hingga nasabah korporasi internasional yang sangat besar. "Kami yakin BTPN yang baru akan mampu meningkatkan kualitas pelayanannya sehingga semakin dipercaya nasabah," tuturnya.

Lebih lanjut, Anika menjelaskan, pasca mendapatkan efektif merger dengan SMBCI, pihaknya akan melakukan pengembangan bisnis. Sebab, BTPN akan mendapatkan nasabah baru dari SMBCI. Salah satunya dengan mengembangkan bisnis ke segmen korporasi.

"Tentunya kredit korporasi akan dibesarkan, karena nasabahnya akan tergabung. Jadi, akan ada sinergi di mass market, di tengah-tengah kami bisa buat supply chain yang bisa digarap dari bank hasil penggabungan ini," lanjut Anika.

BTPN bakal mengejar naik ke kelas bank umum kelompok usaha (BUKU) IV setelah merger ini. Modal inti BTPN akan mencapai Rp 25 triliun pasca merger dilakukan. Jumlah tersebut praktis mendekati batas modal inti untuk BUKU IV yakni sebesar Rp 30 triliun.

"Sangat mungkin untuk kami kejar ke BUKU IV dengan aksi korporasi ini. Tentunya dengan kombinasi modal menjadi lebih besar dengan modal inti Rp 25 triliun," jelasnya.

Nantinya, performa keuangan seusai konsolidasi ini akan memiliki total kredit dan pembiayaan sebesar Rp 130,23 triliun. BTPN nanti juga akan memiliki total liabilitas sebsear Rp 151,96 triliun dan total ekuitas Rp 26,92 triliun.

Sebagai gambaran informasi, kinerja keuangan BTPN sampai dengan Agustus 2018 cenderung membaik. Tercermin dari perolehan laba bersih yang mencapai Rp 1,03 triliun, naik 8,64% secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan periode sama tahun 2017 yang sebesar Rp 949 miliar.

Kenaikan laba ini didorong penurunan biaya operasional sebesar 12,02% menjadi Rp 2,9 triliun dari periode sama 2017 senilai Rp 3,4 triliun. Dilihat dari sisi pendapatan bunga bersih, BTPN mencatat realisasi sebesar Rp 4,4 triliun atau turun 4,58%. Penurunan perdapatan bunga bersih BTPN ini karena pertumbuhan kredit hanya naik satu digit yakni 2,26% yoy.

Dari penyaluran kredit ini, CKPN (cadangan kerugian penurunan nilai) BTPN sebesar Rp 831 miliar atau naik 42% yoy. Dengan pencapaian kinerja ini, total aset bank sebesar Rp 85,9 triliun atau naik tipis 0,85% yoy dari sebelumnya Rp 85,9 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×