kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pendapatan komisi yang didapat bank dari trade finance melambat


Kamis, 07 November 2019 / 21:37 WIB
Pendapatan komisi yang didapat bank dari trade finance melambat
ILUSTRASI. Suasana transaksi nasabah di Bank BNI Cabang Jakarta Pusat, Selasa (2/10). Bisnis trade finance bank menghadapi tekanan di tengah perlambatan kegiatan ekspor impor./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/02/10/2018.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis trade finance bank menghadapi tekanan di tengah perlambatan kegiatan ekspor impor. Alhasil, pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) dari bisnis ini tumbuh melambat pada kuartal III 2019.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya, mencatatkan pendapatan fee dari trade finance sebesar Rp 909 miliar pada triwulan ketiga tahun ini. Capaian tersebut sebetulnya masih tumbuh sebesar 9,4% secara year on year (YoY). Namun, pertumbuhannya melambat karena di kuartal III tahun lalu masih tumbuh 16,3%.

Baca Juga: Tingkatkan kredit, OJK minta bank berfokus pada core business

BNI mencatatkan volume ekspor naik 15,8% menjadi US$ 22 miliar. Sedangkan volume impor turun 2,1% menjadi US$ 13,9 miliar. Secara total volume ekspor impor hanya naik 8,1% secara yoy.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga mencatatkan perlambatan pertumbuhan. Pada kuartal III tahun ini, perseroan membukukan fee dari trade finance dan bisnis internasional hanya tumbuh 24,7% menjadi Rp Rp 1,25 triliun. Padahal periode yang sama tahun sebelumnya masih tumbuh 56,3%.

Sama seperti yang lain, PT Bank Mandiri pun mengalami penurunan pertumbuhan fee juga dari trade finance. Panji Irawan, Direktur Keuangan Bank Mandiri mengatakan, volume ekspor impor yang dilayani perseroan sebetulnya masih naik walaupun perdagangan ekspor impor mengalami perlambatan.

Penurunan pertumbuhan fee tersebut lantaran terjadinya persaingan yang sangat ketat secara industri. “Trade finance ini berkaitan dengan diskon rate bunga. Sekarang persaingan sangat ketat dengan penurunan perdagangan ekspor impor. Untuk berebut kue, bank saling banting harga,” kata Panji.

Baca Juga: Jiwasraya butuh Rp 32,89 triliun untuk benahi likuiditas, begini kondisi keuangannya

Namun, Panji tidak menyebut angka pertumbuhan FBI dari trade finance secara detail. Sampai akhir tahun, dirinya memprediksi kondisi bisnis ini masih akan sama dengan kuartal III.

Sementara Direktur Tresuri dan Internasional BNI Bob Tyasika Ananta melihat prospek pertumbuhan bisnis trade finance masih cukup baik. Walaupun ada tantangan dari penurunan kondisi perdagangan luar negeri, menurutnya masih ada peluang dengan menggarap transaksi perdagangan dalam negeri yang masih tumbuh.

“Untuk mendorong pertumbuhan bisnis trade finance, BNI akan melakukan optimalisasi peningkatan transaksi dari nasabah eksisting serta akuisisi atau penambahan nasabah trade baru,” jelas Bob.

Baca Juga: Jenius dan Blibli.com imbau nasabah selalu menjaga keamanan data pribadi

Adapun BRI melihat tantangan bisnis trade finance masih berat. Itu sebabnya, sampai akhir tahun perseroan hanya menargetkan FBI dari bisnis trade finance dan internasional hanya tumbuh 14%-15%.

Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI mengatakan , pihaknya akan terus melakukan pengembangan sistem trade finance yang terintegrasi dan cross selling produk pada nasabah korporasi untuk mendorong pertumbuhan bisnis ini. “Caranya antara lain dengan pemberian fasilitas trade line atau forex line bundling dengan fasilitas kredit.” kata Haru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×