Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penempatan dana bank di surat berharga masih stagnan atau nyaris tidak bergerak. Dalam Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tercatat total penempatan dana perbankan di surat berharga secara total mencapai Rp 971,89 triliun per Juni 2019, jumlah tersebut hanya tumbuh sebesar 0,53% secara year on year (yoy).
Dana terbesar tak lain ada di instrumen obligasi yang mencapai Rp 645,91 triliun. Khusus untuk penempatan di obligasi, perbankan memang mencatatkan kenaikan sebesar 10,86% yoy dari tahun sebelumnya Rp 583,82 triliun.
Merujuk data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DPPR) Kementerian Keuangan, sampai dengan 3 September 2019 total dana bank di surat berharga negara (SBN) rupiah mencapai Rp 611,58 triliun.
Baca Juga: Membaiknya data ekonomi berpotensi dorong emiten sektor keuangan
Secara historis, penempatan dana bank di SBN rupiah memang sempat menurun dari akhir April 2019 sebesar Rp 606,51 triliun ke bulan Mei 2019 menjadi Rp 503,9 triliun atau turun 16,91% secara month on month (mom), namun sejak bulan Mei 2019 hingga awal September 2019 jumlahnya terus meningkat walau tidak signifikan.
Nah, sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id mengatakan wajar kalau penempatan di surat berharga fluktuatif.
Direktur Keuangan dan Tresuri PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Nixon Napitupulu mengatakan penempatan dana tersebut hanya bertujuan untuk optimalisasi return investasi bank dengan risiko nol.
"Ini juga merupakan bagian dari strategi pengelolaan likuiditas bank sebagai komponen dari secondary reserve," ujarnya, Kamis (5/9).
Di sisi lain, penempatan dana di luar pembiayaan, juga merupakan cara bagi bank untuk memenuhi rasio likuiditas sesuai ketentuan regulator.
Lebih lanjut, Nixon mengatakan saat ini portofolio surat berharga Bank BTN terdiri dari SBN dan korporasi. Untuk SBN terdiri dari fixed rate, variabel rate dan zero coupon bonds baik dalam valuta terutama dolar AS maupun rupiah.
Baca Juga: Bank Jatim dan Bank Sumut patok aset naik dua digit
"Posisi kepemilikan BTN terus meningkat dari Rp 8,2 triliun di akhir Juni 2019 menjadi di atas Rp 10 triliun di akhir Agustus 2019," terangnya.
Di sisi lain, Direktur Keuangan PT BPD Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Ferdian Satyagraha menuturkan pihaknya tidak menentukan besaran dana yang bakal ditempatkan di surat berharga. Menurutnya, Bank Jatim hanya menyesuaikan portofolio pendanaan untuk optimalisasi return serta bergantung pada kondisi likuiditas perusahaan.
Penempatan surat berharga secara industri yang relatif flat, menurutnya disebabkan adanya peningkatan kredit. Namun, dampaknya dinilai belum terlalu signifikan karena penurunan suku bunga acuan belum terlalu signifikan direspon oleh pasar.
"Kredit meningkat tapi tidak signifikan. Sementara yield surat berharga di pasar sudah turun menyesuaikan kondisi pasar yang ada," terangnya.
Merujuk laporan keuangan Bank Jatim, per Juli 2019 total penempatan dana di surat berharga tercatat masih naik secara tahunan dari Rp 8,31 triliun menjadi Rp 9,26 triliun atau tumbuh 11,43%. Sementara kredit baru tumbuh 7,8% yoy menjadi Rp 33,74 triliun per akhir Juli 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News