Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gangguan yang dialami PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) sempat menkhawatirkan kalangan nasabah BSI di seluruh Indonesia pekan lalu. Meskipun demikian, pengamat perbankan mengatakan hal tersebut tidak berdampak signifikan terhadap pergerakan saham di sektor perbankan baik konvensional maupun syariah.
Buktinya saham BRIS pada Jumat (12/5) ditutup menguat dan naik 3,13% menjadi Rp 1810 per saham. Melansir data RTI, frekuensi perdagangan saham BRIS tercatat sebanyak 8.864 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 49,50 juta lembar senilai Rp 89 miliar.
Dalam sepekan, harga saham BRIS masih naik 3,43%. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham BRIS naik 40,31%.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan Trioksa Siahaan pergerakan saham dalam jangka pendek pada umumnya bisa dilihat dari berbagai sisi teknikal maupun fundamental. Saat ini secara fundamental pergerakan saham BRIS masih mengikuti potret kinerja bank BSI.
Baca Juga: Sepanjang Tahun Ini, Bank Permata Syariah Targetkan Pembiayaan Tumbuh 15%
Bank BSI di kuartal I-2023 membukukan perolehan laba bersih sebesar Rp 1,46 triliun atau melonjak 47,65% (YoY). Dari sisi pendanaan, BSI mampu mengoptimalkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dengan pencapaian sebesar Rp 269,26 triliun, tumbuh 12,88% (YoY).
Dari sisi pembiayaan, BSI mencatat pertumbuhan impresif 20,15% (YoY) menjadi Rp 213,28 triliun. Di tahun ini Bank BSI menargetkan pertumbuhan DPK di kisaran 10%-12% (YoY), dan pembiayaan berkelanjutan ditargetkan bisa mencapai Rp 60 Triliun.
"Kalau saya melihat, prospek saham perbankan masih mengikuti potret kinerja bank-nya bila secara fundamental masih berkinerja baik, untuk itu harga saham bank masih layak dikoleksi," kata Trioksa kepada Kontan, Minggu (14/5).
Lebuh lanjut Trioksa menjelaskan harga saham bank masih layak dikoleksi karena bank adalah industri keuangan yang prudent dan segera mencari solusi untuk peningkatan keamanan cyber sistemnya dan melakukan back up system dengan berkaca pada kasus yang menimpa bank BSI.
Dirinya juga mengatakan efek kasus tersebut kepada saham BSI masih melihat apakah memberikan dampak kerugian langsung seperti nasabah kehilangan dananya, bocor data-data finansialnya atau hal lain yang berdampak pada kekhawatiran masyarakat terkait penempatan dananya di bank.
Baca Juga: Bos BSI Sebut Layanan dengan Kementerian Keuangan Sudah Kembali Normal
"Selama masih bisa ditenangkan dan Bankk BSI juga telah memulihkan sistemnya serta tidak terdapat peristiwa yang dapat merugikan nasabahnya, efeknya tidak begitu signifikan. Bila pun ada masyarakat terpengaruh tapi tidak signifikan," katanya.
Namun lain halnya bila ancaman pembocoran data dan ada laporan nasabah kehilangan dananya secara masif, ini tentu akan dapat berdampak signifikan terutama dapat meningkatkan kekhawatiran masyarakat atas dananya di bank yang diserang virus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News