Reporter: Ferry Saputra | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) industri fintech peer to peer (P2P) lending atau pinjaman daring (pindar) menurun menjadi 77,88% per Maret 2025, jika dibandingkan posisi Maret 2024 yang sebesar 91,74% dan Februari 2025 sebesar 88,67%.
Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan BOPO yang menurun menjadi hal yang positif bagi industri fintech lending.
"Artinya, makin efisien penyelenggara fintech lending dalam menggunakan anggarannya untuk meningkatkan pendapatan," ujarnya kepada Kontan, Kamis (3/7).
Nailul menjelaskan beban-beban operasional, seperti marketing (termasuk diskon dan promo), menjadi lebih efisien dalam menghasilkan pendapatan. Alhasil, fintech lending tidak perlu mengeluarkan biaya operasional yang tinggi untuk dapat menyalurkan pembiayaan mereka.
Baca Juga: AFPI Tegaskan Imbal Hasil Fintech Lending Stabil di 14–16%, TWP90 di Bawah 3%
Melihat hasil yang positif itu, Nailul berharap ujungnya memungkinkan untuk biaya bunga pinjaman bisa berangsur menurun.
Sementara itu, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menilai penurunan rasio BOPO merupakan kabar positif bagi industri.
"Penurunan rasio BOPO menunjukkan kinerja platform fintech lending makin efektif dan efisien dalam melayani kebutuhan pembiayaan masyarakat," ucap Ketua Klaster Pendanaan Produktif AFPI Tofan Saban kepada Kontan, Senin (30/6).
Lebih lanjut, Tofan menerangkan terdapat sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap nilai BOPO. Dia bilang faktor tersebut, di antaranya meningkatkan pendapatan seperti fee maupun marjin keuntungan yang membaik.
Dalam mencapai hal itu, AFPI meyakini layanan fintech lending makin dikenal oleh masyarakat sebagai solusi pembiayaan yang terpercaya, sehingga penyaluran pinjaman juga terus meningkat.
Baca Juga: Dukung Penguatan Industri Fintech Lending, OJK Lakukan Berbagai Langkah Kebijakan Ini
Di sisi lain, Tofan menerangkan efisiensi operasional juga terus berhasil dilakukan oleh para anggota AFPI. Selain memangkas biaya-biaya operasional yang tidak esensial, dia bilang platform fintech lending senantiasa menjaga manajemen risiko sebaik mungkin.
"Salah satu penerapan manajemen risiko yang baik itu dapat dilihat dari pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam menyaring pinjaman yang berisiko, sehingga menekan risiko gagal bayar (default) dengan efektif," tuturnya.
Tofan berharap pencapaian tersebut dapat menjadi dorongan motivasi bagi platform fintech lending untuk terus mengembangkan industri sebagai solusi pembiayaan alternatif yang inklusif dan dapat diandalkan masyarakat.
Baca Juga: BOPO Fintech Lending Turun Menjadi 77,88% per Maret 2025, Ini Kata AFPI
Selanjutnya: Mitos Mac Tidak Bisa Kena Virus Terpatahkan, Malware Ini Intai Dompet Kripto di macOS
Menarik Dibaca: Apakah Benar Susu Kedelai Bagus Diminum untuk Diet Tubuh? Ini Faktanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News