kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,08   6,72   0.72%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penurunan bunga kredit lambat? Begini penyebabnya menurut ekonom


Jumat, 17 Juli 2020 / 18:28 WIB
Penurunan bunga kredit lambat? Begini penyebabnya menurut ekonom
ILUSTRASI. Ilustrasi pemangkasan bunga bank. KONTAN/Muradi


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PadaJuli 2020, Bank Indonesia (BI) kembali memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7DRRR) sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 4,00%. 

Menurut Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede, dengan penurunan ini, bank sentral artinya telah menurunkan suku bunganya sebanyak 200 bps sejak Juli 2019. 

Akan tetapi, penurunan ini belum secara cepat direspons oleh perbankan melalui penurunan suku bunga kredit. Misalnya saja, secara total suku bunga kredit sejak tahun lalu sudah mengalami penurunan sebesar 73 bps per Mei 2020, atau sebelum penurunan 50 bps suku bunga acuan. 

Baca Juga: Bunga acuan turun terus, bagaimana dengan suku bunga perbankan?

Lambatnya dampak penurunan suku bunga BI terhadap suku bunga kredit menurut Josua cenderung disebabkan oleh hambatan kredit pada awal tahun akibat dimulainya pandemi Covid-19. Meski begitu, dengan penurunan suku bunga pada bulan ini, maka diperkirakan sektor perbankan akan ikut menurunkan suku bunganya dalam 1-3 bulan ke depan, sehingga dapat ikut mendorong pemulihan berbagai sektor ekonomi. 

Nah, menurut kacamatanya saat ini sektor yang akan pulih paling cepat adalah sektor industri manufaktur. "Pemulihan sektor manufaktur didasari oleh aktivitas manufaktur yang sudah kembali bergerak pada bulan Juni 2020, terindikasi  oleh adanya penigkatan ekspor barang modal dan bahan baku secara bulanan, serta kenaikan PMI manufacturing," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (17/7).

Josua menabahkan, pada bulan Juni, ekspor bahan baku serta barang modal masing-masing meningkat sebesar 24,01% mtm (month to month) dan 27,35% mtm.  Sementara itu, PMI Manufacturing Indonesia meningkat menjadi 39,1, dari sebelumnya sebesar 28,6.

Berkaca pada kondisi tersebut, penurunan suku bunga oleh BI dalam dua bulan terakhir dipastikan akan mampu mendorong pemulihan industri manufaktur lebih cepat dalam kurun waktu 2-3 bulan ke depan. Lantaran sudah dimulai kembalinya aktivitas manufaktur di Tanah Air. 

Baca Juga: Ekonom: Ini penurunan suku bunga acuan terakhir oleh Bank Indonesia di 2020

"Namun perlu diingat, proyeksi ini sendiri dapat berjalan apabila tidak ada pemberlakuan pembatasan aktivitas ekonomi lebih lanjut di Indonesia," sambungnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×