Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring dengan membaiknya aktifitas ekonomi yang membuat income masyarakat mulai membaik, berdampak pada terjaganya tingkat gagal bayar (NPL) di industri fintech p2p lending dengan mitigasi risiko yang dilakukan.
Sejatinya, NPL fintech lending di tahun ini masih terjaga dibandingkan tahun lalu mengingat data OJK per Oktober 2021 menunjukkan angka di level 2,13%. Kendati mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya yang berada di level 1,90%.
Salah satu pemain fintech P2P lending PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia mengaku, untuk NPL Akseleran per November 2021 berada di angka 0,07% dari total akumulatif penyaluran pinjaman usaha atau turun 0,01% dibandingkan bulan sebelumnya.
Rasio NPL di November 2021 juga tercatat jauh lebih rendah jika dibandingkan periode yang sama tahun 2020, yakni turun hingga 0,12%.
Baca Juga: Prospek Cerah, Investor Terus Serbu Fintech Indonesia
Co Founder & Chief Executive Officer Akseleran Ivan Nikolas Tambunan menerangkan, Akseleran selalu menerapkan penilaian kredit yang prudent dengan fokus kepada cashflow calon borrower sebagai bagian dari mitigasi risiko apalagi seluruh pinjaman di Akseleran sudah terproteksi oleh asuransi kredit yang melindungi 99% pokok pinjaman tertunggak sehingga risiko terjadinya gagal bayar oleh peminjam atau borrower dapat diminimalisir lebih baik lagi.
Penurunan suku bunga pinjaman fintech lending sebesar 50% menjadi o,4% per hari disebut Ivan tidak terlalu berdampak kepada Akseleran selaku penyelenggara fintech lending yang berfokus kepada penyaluran pinjaman usaha produktif kepada UMKM.
"Kebijakan penurunan suku bunga fintech sesungguhnya lebih dirasakan kepada fintech lending yang berfokus kepada pinjaman konsumtif yang disalurkan kepada perorangan dan yang menerapkan jangka waktu relatif pendek," kata Ivan kepada kontan.co.id, Rabu (8/12).
Baca Juga: Fintech P2P lending gencar melakukan kolaborasi dengan perbankan