kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45918,55   -16,97   -1.81%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penyaluran kredit BPD ikut terdampak PPKM


Rabu, 01 September 2021 / 19:23 WIB
Penyaluran kredit BPD ikut terdampak PPKM
ILUSTRASI. Bank Sulselbar -- Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat


Reporter: Amanda Christabel | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah masih terus berupaya meredam laju penyebaran Covid-19, salah satunya adalah dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di berbagai daerah yang perpanjangannya dilakukan secara bertahap.

Meskipun demikian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan bank pembangunan daerah (BPD) berhasil membukukan pertumbuhan kredit hingga 6,04% year on year (yoy) menjadi Rp 498,6 triliun Per Juli 2021.

PPKM secara tidak langsung memberikan dampak pada kualitas kredit di PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Barat, atau Bank Sulselbar. Hal ini ditunjukkan dengan posisi non performing loan (NPL) per Juli 201 mengalami kenaikan 0,02% dibandingkan Juni 2021. “Posisi NPL bulan Juni 2021 berada di posisi 0,82% sedangkan per Juli 2021 mengalami kenaikan menjadi 0,84%,” ujar Direktur Utama Bank Sulselbar, Amri Mauraga kepada KONTAN, Selasa (31/8).

Per Juli 2021, sudah terdapat 742 debitur dengan total besaran Rp 573 miliar debitur di Bank Sulselbar yang telah dilakukan restrukturisasi Covid-19.

Baca Juga: Tetap salurkan kredit saat pandemi, rasio RIM Bank Mandiri capai 82,6% pada Juni

Menurut Amri, realisasi kredit di Bank Sulselbar masih on track sesuai dengan target rencana bisnis bank (RBB), sampai akhir tahun 2021 diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan sebesar 8-9% secara year on year (yoy).

“Bank Sulselbar memiliki captive market yang sangat besar di segmen kredit konsumer, dan merupakan penopang utama dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi nasional. Di mana untuk menggerakkan sektor riil dibutuhkan peningkatan daya beli masyarakat, sedangkan untuk meningkatkan daya beli dapat dilakukan melalui pemberian kredit ke segmen konsumer,” ujar Amri.

Amri bilang bahwa Bank Sulselbar berkomitmen menjaga penyaluran kredit ke segmen produktif secara berkelanjutan, yang dapat dilihat dari penetapan target untuk tahun ini, yakni target pertumbuhan kredit terbesar diproyeksikan akan berada di segmen kredit produktif (kredit investasi dan kredit modal kerja) dengan proyeksi pertumbuhan kredit produktif sebesar 17,5% yoy.

Sedangkan untuk kredit konsumtif ditargetkan tumbuh sebesar 5,5% yoy, sehingga secara total portofolio kredit ditargetkan tetap mengalami tren positif pertumbuhan di angka 8-9%.

Untuk menjaga kualitas kredit tetap terjaga, Amri bilang bahwa Bank Sulselbar menerapkan inisiatif dan pengelolaan risiko yang efektif untuk menjaga kenaikan risiko NPL. Selain itu, penyaluran kredit dan pembiayaan dilakukan dengan sangat selektif dan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

Langkah selanjutnya, Amri bilang bahwa Bank Sulselbar meningkatkan fungsi supervisi dan monitoring kredit dan melakukan pendampingan bagi para pelaku usaha. Terakhir, Bank Sulselbar melakukan penagihan kredit secara intensif dan melakukan upaya-upaya penyelamatan dan penyelesaian kredit melalui pengambilan agunan, lelang agunan kredit, restrukturisasi kredit, dan hapus buku.

Baca Juga: Aset Bank BRI (BBRI) berpotensi tumbuh kencang usai rights issue

Senada, PPKM juga secara tidak langsung memiliki pengaruh terhadap kualitas kredit di PT BPD Sumatera Selatan Bangka Belitung atau Bank Sumsel Babel. “PPKM membatasi ruang gerak debitur dalam menjalankan usaha yang dapat mempengaruhi penurunan omset penjualan. Penurunan omset penjualan dikhawatirkan akan mengurangi pendapatan debitur dalam mengangsur kredit ke bank,” ujar Direktur Utama Bank Sumsel Babel, Antonius Prabowo kepada KONTAN, Selasa (31/8).

Meskipun demikian, NPL gross di Bank Sumsel Babel mengalami perbaikan dari posisi Juli 2020 sebesar 4,62% menjadi 3,94% per Juli 2021. Sementara NPL net mengalami perbaikan dari posisi Juli 2020 sebesar 1,42% menjadi 0,85% per Juli 2021.

“Restrukturisasi Covid-19 per Juli 2021 sebanyak 764 debitur, dengan baki debet Rp 588 miliar,” ujar Antonius.

Sementara itu, untuk realisasi kredit per 31 Desember 2020 mencapai Rp 17,5 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 6,1% jika dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2019 yang sebesar Rp 16,5 triliun. Untuk posisi Juli 2021, penyaluran kredit secara keseluruhan mencapai Rp 18,1 triliun atau tumbuh 4,89% yoy. Angka pertumbuhan ini ditopang kredit produktif yang tumbuh 5,6% yoy dan kredit konsumtif yang tumbuh 4,67% yoy per Juli 2021.




TERBARU

[X]
×