kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penyaluran Kredit Meningkat, Likuiditas Perbankan Semakin Ketat


Senin, 04 September 2023 / 05:55 WIB
Penyaluran Kredit Meningkat, Likuiditas Perbankan Semakin Ketat


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Industri perbankan kini perlu waspada untuk menghadapi tingkat likuiditas yang mulai mengetat. Pasalnya, pertumbuhan kredit yang disalurkan lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan dana simpanan dari nasabah.

Hal tersebut setidaknya tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) industri yang tercatat naik di Juli 2023. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat LDR pada periode tersebut 82,9%, naik dari bulan sebelumnya di level 82,76%. Padahal, posisi LDR di akhir 2022 ada di level 81,43%.

Memang, jika melihat dari fungsi intermediasinya, kredit perbankan tumbuh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Pada Juli 2023, kredit tumbuh 8,54% secara tahunan (YoY) dan DPK hanya tumbuh 6,62% YoY.

Baca Juga: Kredit Mikro Tumbuh 11,41%, BRI Makin Tangguh, Cetak Laba Rp29,56 Triliun

Meski demikian, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar bilang saat ini likuiditas perbankan masih memperlihatkan kondisi yang memadai. Dalam hal ini, Mahendra menyebutkan itu tercermin dari rasio alat likuid/non core deposit dan rasio alat likuid/DPK yang masing-masing sebesar 118,37% dan 26,57%.

“Jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing di 50% dan 10%,” ujar Mahendra, belum lama ini.

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Sunarso bilang menyadari saat ini industri memang tengah menghadapi kondisi likuiditas yang ketat. Hanya saja, di BRI sendiri, dia melihat kondisi likuiditasnya masih mencukupi.

Di semester I/2023, BRI mencatat LDR bank only di level 87,3% atau naik dari posisi akhir tahun 2022 yang ada di level 78,8%. Sunarso bilang ini masih di bawah batas optimal yaitu di kisaran 90% - 92%.

“Bagi BRI sekarang menumbuhkan kredit yang tetap prudent itu lebih penting, tapi kemudian mengawal permintaan kredit tersebut dengan kondisi likuiditas juga penting,” ujar Sunarso.

Baca Juga: Naik 25%, Kucuran Kredit Bank Sampoerna Capai Rp 10,9 Triliun di Semester I 2023

Dalam hal ini, pihaknya akan menjaga penggunaan dana yang dimiliki di tengah likuiditas yang ketat ini harus benar-benar optimal. Artinya, tidak berlebihan maupun tidak kekurangan untuk menjaga likuiditas tersebut. “Kalau belum bisa menyalurkan kredit secara agresif ya gak perlu jor-joran mencari dana mahal,” ujarnya.

Sebagai informasi, penyaluran kredit dari BRI di periode tersebut masih berhasil tumbuh 8,8%, meski masih di bawah target BBRI yang tumbuh di kisaran 10% - 12% Total kredit yang disalurkan sebesar Rp 1.202,12 triliun.

Sementara, Total DPK dari BRI juga mengalami peningkatan mencapai 9,5% di periode tersebut. Di mana, kini total DPK yang dimiliki oleh BBRI senilai Rp 1.245, 12 triliun. 

“Dari tahun lalu porsi CASA (dana murah) kita di 65,12%, sekarang sudah menjadi 65,49%,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Distribution and Funding Bank BTN Jasmin mengakui bahwa saat ini tingkat likuiditas yang dimiliki termasuk ketat. Di mana, ia melihat hal tersebut masih akan terjadi hingga akhir tahun. “LDR kita sekarang di sekitar 94% hingga 95%,”ujar Jasmin.

Ia menambahkan likuiditas yang ketat itu lebih banyak dipengaruhi oleh penyaluran kredit yang sudah mulai tumbuh. Meski demikian, ia masih optimistis DPK bank yang fokus pada penyaluran kredit properti ini masih cukup untuk memberikan kredit.

Baca Juga: OCBC NISP Catat Kenaikan Laba Bersih 25% pada Semester I

BTN mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 307,66 triliun sepanjang semester I/2023. Jumlah ini naik 7,52% YoY dan didominasi oleh kredit perumahan yang mencapai sebesar Rp 269,48 triliun atau sebesar 87,59% dari total kredit.

Dari sisi DPK, BTN mencatat DPK meningkat pada semester I/2023 menjadi Rp 313,26 triliun atau naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 307,31 triliun.

“Kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM) mesti direview ya (diturunkan) supaya likuiditas tidak terlalu ketat, seiring inflasi inti yang menurun,” ujar Jasmin.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk Hera F Haryn bilang pihaknya bakal tetap menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat.

Adapun, LDR BCA di periode semester I/2023 tercatat di level 65,7%. Angka ini naik tipis dari periode sama tahun lalu yang berada di level 63,5%.

Baca Juga: Bank Victoria Catatkan Pertumbuhan Laba 4,5% Sepanjang Semester I-2023

“Likuiditas BCA konsisten berada pada posisi yang sehat dan memadai dan masih memiliki ruang untuk pertumbuhan kredit ke depan,” ujar Hera.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin melihat kondisi LDR yang meningkat saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan DPK yang lebih melambat. Mengingat, pertumbuhan kredit belum sesuai ekspektasi. 

Ia melihat saat ini banyak orang mulai memikirkan untuk tidak menyimpan dananya di bank. Dimana, orang-orang mulai mencari instrumen lain yang memberikan bunga yang lebih menarik dan ada juga yang mulai menggunakan dananya untuk ekspansi. “LDR bisa dikatakan wajar jika di kisaran 80% hingga 92%,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×