Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan nasional tahun lalu mendapat pukulan telak, minimnya penyaluran kredit berimbas kepada laba bersih yang dihimpun.
Hingga November 2019, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan laba perbankan sebesar 6,9%. Padahal pada 2018, pertumbuhan laba masih bisa mencapai 14,3%.
Bila dirinci, cuma bank umum kegiatan usaha (BUKU) 4 yang berhasil mencatat pertumbuhan positif sebesar 10,8%. Adapun BUKU 1, dan BUKU 3 mencatat pertumbuhan negatif masing-masing -42,0%, dan -4,1%. Adapun BUKU 2 tercatat stagnan.
Baca Juga: Selain perlambatan kredit, Bank Mandiri perkirakan NPL naik 0,2%-0,3% akibat corona
Di kelas bank jumbo perolehan laba terbesar diraih oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai Rp 34,4 triliun. Sayangnya nilai tersebut sejatinya juga belum tumbuh mumpuni cuma 6,1%. Bengkaknya rasio kredit bermasalah BRI dari 2,2% menjadi 2,8% jadi penyebab utama seretnya cuan yang diterima bank terbesar di tanah air ini.
“NPL 2,8% masih terkendali. Tahun ini kami juga sudah membuat pencadangan yang cukup, merencanakan retrukturisasi bagi debitur prospektif, atau melakukan penyelesaian. Tahun ini target pertumbuhan kredit dan DPK 10%-12%, sementara laba bisa tumbuh 10%-11%,” kata Direktur Utama BRI Sunarso usai RUPST, Selasa (18/2) di Jakarta.
Dari seluruh BUKU 4 yang sudah melaporkan kinerja tahunannya, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) tercatat mencatat pertumbuhan laba paling mumpuni sebesar 12,4% senilai Rp 3,9 triliun.
Presiden Direktur Bank CIMB Niaga Tigor M. Siahaan bilang laba CIMB Niaga utamanya ditopang pendapatan operasional terutama dari pendapatan non bunga yang tumbuh 11,6%.
Maklum penyaluran kredit CIMB Niaga sejatinya tak kinclong, cuma tumbuh 3,1% senilai Rp 194,2 triliun.
“Pendapatan bunga bersih kami tumbuh 4,6%, dengan marjin bunga bersih meningkat 19 bps menjadi 5,31%. Sementara pendapatan operasional tumbuh 6,3%,” kata Tigor, Rabu (19/2).