Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit di segmen komoditas mengalami pertumbuhan sepanjang paruh pertama tahun ini. Sektor ini disebut-sebut menjadi sektor yang paling banyak membutuhkan valuta asing (valas) saat ini di tengah peningkatan harga komoditas baik hasil perkebunan maupun tambang.
Sementara likuiditas valas di Tanah Air semakin seret. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, loan to deposit ratio (LDR) valas bank umum per Mei 2022 sudah naik ke level 87,79% dari posisi 78,39% pada akhir 2021. LDR valas bank BUMN naik dari 83,1% menjadi 95,09%. Sementara data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), DPK valas perbankan per Juli 2022 turun Rp 6 triliun dari bulan sebelumnya menjadi Rp 1.022 triliun.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyebutkan pertumbuhan kredit di sektor komoditas yakni perkebunan meningkat hingga Juni tahun ini. Vera Eve Lim Direktur Keuangan BCA mengatakan, sektor perkebunan merupakan salah satu penopang pertumbuhan kredit korporasi BCA yang naik tinggi hingga Juni 2022.
"Penopang kredit korporasi kami salah satunya dari perkebunan. Kalau untuk tambang belum ada, hanya saja industri yang mendukungnya kami tentu biayai," kata Vera dalam paparan publik, Rabu (14/9).
Baca Juga: Bank Jago Catat Jumlah Nasabah Capai 3,9 Juta di Agustus 2022
Kendati begitu, Vera tidak merinci berapa pertumbuhan kredit sektor perkebunan tersebut. Sedangkan kredit korporasi BCA berhasil tumbuh hingga 19,1% secara tahunan alias year on year (YoY) menjadi Rp 310,2 triliun. Segmen inilah yang jadi penopang utama sehingga kredit BCA secara keseluruhan tumbuh 13,8% YoY di semester I.
Dia juga tidak menjelaskan berapa kredit valas yang disalurkan BCA ke sektor komoditas tersebut. Namun, yang pasti likuiditas valas BCA hingga Juni masih terjaga ditandai dengan loan to deposit ratio (LDR) valas 59,4% per Juni 2022.
LDR valas BCA naik 52,9% pada periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini seiring dengan pertumbuhan kredit valas yang cukup tinggi yakni 22,8% YoY jadi Rp 41,2 triliun. Sedangkan DPK valas BCA hanya tumbuh 9,3% YoY jadi Rp 69,3 triliun.
EVP Sekretariat dan Komunikasi Perusahaan BCA, Hera F. Haryn sebelumnya menyatakan, pertumbuhan kredit valas disebut ditopang kenaikan permintaan kredit modal kerja pada sektor manufaktur dan perdagangan
Hera bilang, BCA tetap berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai dengan kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang.
Adapun pertumbuhan DPK valas ini ditopang oleh CASA yang tumbuh 13%. "Hal ini selaras dengan transaksi valas dimana transaksi yang paling banyak dilakukan adalah terkait ekspor-impor dan remitansi," kata Hera.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga mencatatkan pertumbuhan kredit valas, terutama dari sektor pengolahan dan komoditas. Namun, Novita Widya Anggraini, Direktur Keuangan BNI tidak merinci total pertumbuhan kredit perseroan di masing-masing sektor.
"Pertumbuhan kredit BNI hingga Agustus, baik dalam rupiah maupun valas, tumbuh positif secara year to date," katanya.
Baca Juga: Bank Besar Optimistis Target Kredit Tercapai, Proyeksi Biaya Kredit Diturunkan
Walaupun kredit valas meningkat, ia memastikan bahwa likuiditas valas BNI masih terjaga ample hingga bulan Agustus 2022. Ia bilang likuiditas masih longgar karena didukung oleh pertumbuhan DPK valas dan wholesale funding yang cukup baik.
"Posisi LDR valas juga masih inline dengan Rencana Bisnis Bank 2022." katanya pada Kontan.co.id, Selasa (13/9).
Untuk mengantisipasi kebutuhan kredit valas ke depannya, kata Novita, BNI akan mendorong pertumbuhan dana murah valas melalui channel digital BNI. Selain itu, BNI juga masih memiliki ruang untuk pendanaan valas wholesale yang dapat dieksekusi sesuai dengan kebutuhan likuiditas tahun ini.
"Tentunya ini tidak lepas dari peranan jaringan kantor cabang luar negeri BNI yang tersebar di 7 negara yakni Singapura, Hongkong, Tokyo, Seoul, New York, London, dan Amsterdam dalam mendatangkan sumber pendanaan valas." pungkasnya.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga mencatatkan pertumbuhan kredit valas di sektor komoditas dan menjadi salah satu pendorong kenaikan kredit valas BRI sebesar 15,19% YoY menjadi Rp 93,36 triliun per Agustus 2022. Sedangkan DPK valas hanya naik 5,18% per Juni jadi Rp 144,98 triliun dan pada Agustus naik 7,92% dari posisi Juni.
Aestika Oryza Gunarto, Sekretaris Perusahaan BRI, mengatakan permintaan kredit terbesar berada pada sektor Agribisnis, infrastruktur, transportasi, migas serta energi dan tambang. Sektor-sektor ini menyumbang 66,17% terhadap total kredit valas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News