Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di penghujung tahun, sejumlah bank mulai getol mencari pendanaan anorganik. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang melambat serta likuiditas yang masih ketat jadi alasannya. Dari catatan Bank Indonesia pertumbuhan DPK pada Agustus tercatat sebesar 7,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Juli 2019 sebesar 8,0% (yoy). Perlambatan terutama disebabkan melambatnya simpanan berjenis giro, dan deposito.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI, anggota indeks Kompas100) misalnya baru saja merilis Obligasi Berkelanjutan III Tahap 1/2019 senilai Rp 5 triliun yang ditargetkan dapat menghimpun dana hingga Rp 20 triliun. Sisa Rp 15 triliun akan diterbitkan tiap semesternya masing-masing Rp 5 triliun hingga 2021 mendatang.
Baca Juga: Penyaluran kredit menurun, NPL perbankan malah meningkat
“Hasil penjualan obligasi ini seluruhnya akan kita pergunakan untuk ekspansi kredit, yang mayoritasnya akan kami salurkan ke segmen UMKM. Termasuk sisa penerbitan Rp 15 triliun hingga 2021 nanti,” kata Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo di Jakarta, Rabu (2/10).
Surat utang ini akan ditawarkan dalam tiga Seri. Seri A menawarkan kupon 6,35%-7,00% dengan tenor 370 hari, Seri B berkupon 7,19%-7,79% dengan tenor 3 tahun, dan terakhir Seri C dengan kupon 7,51%-8,21% dan tenor 5 tahun. Sedangkan nilai masing-masing Seri akan dibagi sama rata.
Yang menarik, obligasi ini disebut Haru juga akan menyasar investor ritel. Dari niali penerbitan RP 5 triliun, Rp 1 triliun ditargetkan untuk bisa dibeli investor ritel. Bahkan jika antusiasmenya tinggi, BRI bisa menambah alokasinya. “Ini merupakan pertama kalinya kami juga menyasar investor ritel. Kami menawarkan mulai denominasi Rp 50 juta kepada investor ritel,” lanjutnya.
Menyasar investor ritel juga jadi strategi perseroan untuk tetap menjaga para deposannya. Maklum pertumbuhan simpanan di bank dengan aset terbesar di tanah air ini mulai melandai di akhir tahun.
Baca Juga: Bank Mandiri targetkan penjualan ORI016 sebanyak Rp 800 miliar
Per Agustus 2019, DPK perseroan cuma tumbuh 9,6% (yoy) menjadi Rp 892,70 triliun. Pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan yang diraih pada akhir semester 1-2019 lalu sebesar 12,8% (yoy). Sedangkan pertumbuhan depositonya jauh lebih kecil sebesar 9,1% (yoy). “(Obligasi) ini jadi alternatif bagi nasabah kami, belilah obligasi BRI. Agar mereka justru tidak keluar dan membeli obligasi emiten lain,” kata Haru.
Sebelumnya, pada Maret 2019, BRI juga telah menerbitkan obligasi global bertajuk Global Sustainability Bond senilai US$ 500 juta yang laris manis di pasaran. Permintaan terhadap obligasi global yang memiliki bunga 3,95% tersebut mencapai US$ 4,1 miliar, atau oversubscribed hingga delapan kali.