Reporter: Roy Franedya | Editor: Edy Can
JAKARTA. Krisis di Eropa memang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Yunani masih mungkin keluar dari Zona Euro, jika pemerintahan baru menolak semua resep yang ditawarkan pemimpin Eropa. Begitupula sikap ngotot Prancis di bawah Hollande, yang tidak sejalan dengan konsep pengetatan belanja pemerintah sebagai solusi krisis.
Meski ketidakpastian masih membayangi, Bank Indonesia (BI) memastikan, krisis Eropa tidak berdampak signifikan ke perbankan domestik. Hasil stress test otoritas perbankan dan moneter itu menunjukkan, permodalan bank di Indonesia masih mampu menyerap resiko yang muncul.
Dalam menguji ketahanan bank, BI membuat dua skenario. Pertama pada 75 bank yang memberikan pinjaman senilai Rp 27 triliun kepada 205 perusahaan eksportir dan 39 bank yang memberikan pinjaman senilai Rp 38 triliun kepada 40 perusahaan.
Pengujian ini dengan asumsi aktivitas perdagangan dilakukan dengan negara Eropa yang mengalami krisis. Hasil stress test menunjukkan, rata-rata non-performing loan atau rasio kredit bermasalah (NPL) ke 75 bank naik dari 2,7% menjadi 3,4%. Capital Adequacy Ratio atau rasio kecukupan modal (CAR) turun dari 16,5% menjadi 15,9%.
Selain itu ada 11 bank diluar kelompok bank besar yang NPL nya naik menjadi di atas 5% dan 1 bank diluar kelompok bank besar yang CAR nya turun menjadi di bawah 8%. NPL di atas 5% dan CAR di bawah 8% menunjukkan tanda bahaya. BI menetapkan CAR ideal bank minimal 8%.
Sementara itu, agregat rata-rata NPL ke 39 bank naik dari 2,7% menjadi 3,9%. CAR nya turun dari 16,4% menjadi 15,4%.
Dari 39 bank ini, terdapat 11 bank, salah satunya bank besar, yang NPL-nya naik menjadi di atas 5%. Namun, tidak terdapat bank yang memiliki CAR di bawah 8%.
Skenario kedua, dilakukan pada 74 korporasi yang mengantongi pinjaman dari kreditur di negara-negara Eropa yang terkena krisis dan Amerika Serikat (AS). Nilainya sekitar Rp 29,3 triliun.
Dengan skenario 50% pinjaman luar negeri dialihkan menjadi pinjaman dalam negeri, maka terdapat 14 bank yang tidak mampu menerima pengalihan tersebut. Namun, jika yang dialihkan hanya utang yang jatuh tempo tahun 2012, seluruh bank mampu memenuhi pengalihan.
Deputi Direktur Departemen Internasional BI , Tirta Segara mengatakan, perbankan di Indonesia akan aman jika terjadi default di Eropa. Total eksposur pinjaman ke Eropa hanya US$ 3,2 miliar – US$ 3,6 miliar dari total pinjaman luar negeri sebesar US$ 7 miliar. "Total pinjaman yang belum dicairkan US$ 3,6 miliar tampaknya sulit cair karena Eropa juga kesulitan likuiditas," ujarnya, pekan lalu.
Direktur Keuangan Bank Mandiri, Pahala Nugraha Mansury mengatakan, sebagai antisipasi, pihaknya menerapkan beberapa strategi. Pertama, menjaga rasio intermediasi atau loan to deposit ratio (LDR) di bawah 90%, Kuartal I 2012, LDR Mandiri berada dilevel 75%.
Kedua, mengawasi sektor yang cukup sensitif pada kondisi Eropa serta memastikan pendanaan valas yang memadai. "Kami membatasi dan selektif menyalurkan kredit valas baru," ujar Pahala.
Direktur Utama Bank of India Indonesia, Ningsih Suciati mengatakan, untuk mengurangi pengaruh fluktuasi kurs pihaknya akan menyalurkan kredit untuk perusahaan yang tidak memiliki eksposur dengan Eropa. "Kami juga akan membatasi penukaran valas kami," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News