Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan nasional tak akan tergesa-gesa memanfaatkan pinjaman jangka pendek dari Bank Indonesia. Sejumlah bankir mengaku, saat ini likuiditas perbankan sejatinya cukup longgar lantaran dana pihak ketiga yang mulai tumbuh, ditambah aksi menahan ekspansi kredit di tengah ketidakpastian penyebaran virus corona.
Stimulus diberikan Bank Indonesia melalui Perppu 1/2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19 dan/atau dalam Rangka Menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan yang terbit Selasa (31/3).
Dalam beleid tersebut, bank sentral bisa memberikan pinjaman likuiditas jangka pendek, ditambah pinjaman likuiditas khusus (PLK) bagi bank sistemik dengan persetujuan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
Baca Juga: Perppu corona bolehkan bank pinjam likuiditas tambahan dari BI, apa kata bankir?
“Likuiditas kami saat ini sangat baik, karena di tengah penyebaran virus corona, masyarakat memang lebih cenderung menempatkan dana di bank. Ini terbukti dari simpanan tabungan kami yang sudah tumbuh 20% (yoy) kini,” kata Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) Lani Darmawan kepada KONTAN, Rabu (1/4).
Per Februari 2020, Bank CIMB Niaga tercatat telah menghimpun dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp 171,52 triliun dengan pertumbuhan 4,97% (ytd). Sementara penyaluran kredit masih tercatat negatif 1,49% (ytd) senilai Rp 188,58 triliun.
Adapun saldo pinjaman dari Bank Indonesia para periode yang sama tercatat nihil.
“Sementara untuk penyaluran kredit memang tidak dihentikan, namun kami akan sangat menyeleksi penyalurannya, terutama kepada segmen industri yang terimbas virus corona,” sambung Lani.
Sementara secara individu, loan to deposit ratio (LDR) CIMB Niaga di akhir 2019 lalu juga tercatat sedikit melonggar 9 bps (yoy) menjadi 96,03%.
Hal senada juga disampaikan oleh Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja. Ia bilang, likuiditas perbankan swasta terbesar di Indonesia tercatat melonggar cukup signifikan.
Alasan Jahja serupa, di tengah penyebaran virus corona, bank swasta terbesar di tanah sangat berhati-hati melakukan ekspansi kredit. Sebaliknya, pertumbuhan DPK justru mulai bertumbuh sebesar 0,79% (ytd) senilai Rp 704,88 triliun. Sementara kredit dengan nilai penyaluran Rp 574,89 triliun masih tercatat tumbuh negatif 2,26% (ytd).
“Dalam situasi seperti ini, kami tidak bicara ekspansi kredit, meskipun kalau ada permintaan akan kami analisis dengan sangat hati-hati. Sementara LDR kami juga sangat longgar, di kisaran 78%,” katanya kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Antisipasi krisis, Perppu berikan enam kewenangan ini ke Bank Indonesia
Per akhir tahun lalu, LDR BCA tercatat sebesar 80,47%. Mengacu pernyataan Jahja, dalam dua bulan awal 2020 telah melonggar hingga 200 bps.
Pertumbuhan DPK yang mulai terakselerasi, dan upaya bank menahan ekspansi kredit sejatinya memang turut bikin likuditas bank melonggar.
Dari catatan Bank Indonesia pun, per Februari 2020 DPK mulai tercatat terakselerasi dengan pertumbuhan sebesar 7,5% (yoy). Tahun lalu, pertumbuhan tercatat stagnan di bawah 7%.
Sementara kredit bergerak sebaliknya dengan menunjukkan perlambatan. Per Februari 2020 pertumbuhan kredit perbankan sebesar 5,50%. Makin merosot dibandingkan pertumbuhan tahun lalu sebesar 6,08% (yoy).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News